Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Godaan Paling Berat yang Pernah Saya Alami

14 September 2020   20:11 Diperbarui: 14 September 2020   20:24 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara Ribuan Godaan Yang Pernah Saya Alami

Setiap orang dalam hidupnya tidak ada yang bebas dari berbagai godaan .Sejak dari duduk di bangku SD sudah terasa ada godaan,misalnya godaan untuk mencontek jawaban pertanyaan ulangan, Hal ini terus berlanjut hingga orang menjadi dewasa.

Bahkan orang tuapun tidak luput dari berbagai godaan.Terpulang kepada kita,apakah kalah dalam melawan godaan ataukan kita mampu mengalahkan diri sendiri ?

Nah, salah satu godaan yang paling berat saya rasakan dalam perjalanan hidup ini adalah saat kondisi ekonomi kami morat marit.  Bisnis antar  kota Padang- Medan gagal total, bahkan menyisakan utang pada tante kami di Jalan Gandhi, Simpang jalan  Asia, kota Medan. Akhirnya untuk tidak membebani tante kami,  saya dan isteri bekerja di desa Petumbak ,yakni di Paberik Karet 

Diberikan Kepercayaan Oleh Boss

Awalnya saya kerja di paberik dan isteri kerja di kantor yang lokasinya sama sama berada di satu komplek . Kemudian entah alasan apa tetiba saya dipanggil Boss besar . Tentu saja saya kaget dan langsung mikir,salah apa saya?  Dengan perasaan gelisah saya datang ke kantor dan disuruh masuk menghadap Pimpinan Perusahaan .Boss hanya berbicara singkat:" Mulai hari ini, kau diberikan kepercayaan untuk menjadi Juru Timbang dan sekaligus diberikan hak untuk menerbitkan Bon Gudang barang masuk. Kau jaga kepercayaan yang diberikan . Katu temui manager ,agar memberitahu apa saja tugas kau"

Untuk beberapa saat saya terpana.Serasa tidak percaya akan apa yang saya dengar. Syukur saya tidak bengong lama lama dan langsung menyalami Pimpinan perusahaan dan mengucapkan terima kasih Dan langsung menemui Manager  dan dijelaskan bahwa  tugas saya adalah  menimbang barang masuk Kemudian menuliskan catatan timbangan ,serta menerbitkan Bon Gudang ,yang berisi catatan tentang jenis barang yang masuk ,jumlah koli dan total berat bersih Berdasarkan Bon Gudang ,yang merupakan bukti bahwa karet sudah masuk kedalam gudang,maka pemiliknya dapat kekantor untuk mendapatkan harga dari Manager .Dari sini ke kasir untuk dapat menguangkannya.

Godaan Langsung Datang

Truk pertama yang datang membawa karet ,sudah selesai ditimbang,tanpa ada masalah sama sekali. Namun.  ketika truk kedua yang berisi muatan 2.430 Kilogram karet, usai ditimbang  dan ketika saya sedang menuliskan nota timbangan, tiba tiba  Bang Denni (bukan nama sebenarnya),memberikan sebuah amplop  berwarna coklat yang cukup tebal.  Saja saya kaget. Apalagi ketika saya buka,ternyata isinya uang segepok.

“ Ini untuk kau Aseng “ ,kata Bang Tobing berbisik ditelinga saya. (disini teman teman sekerja ,memanggil nama saya Aseng). Jantung saya berdegub keras. dan tangan saya bergetar Terbayang istri saya yang pucat karena kurang makan dan istirahat. Kalau uang ini saya terima, setidaknya akan meringankan  hidup kami berdua. Namun  disaat saya hampir saya tergoda, tiba tiba wajah Pimpinan perusahaan ,pak Yunan,  seakan muncul didepan mata saya  dan suaranya seakan terdengar sangat nyata  :”Saya percaya, kau  bisa menjaga kepercayaan yang diberikan”Bagaikan tersentak bangun, segepok uang dalam sampul itu ,saya kembalikan lagi kepada Bang Tobing ,dengan jari tangan gemetaran 

 Saya dimarahin:” Belagu kau Aseng.. Itung tuh uang, Jumlahnya hampir setahun gaji kau disini” kata Bang Denni  dengan aksen khas Sumatera Utara.  " Apa susahnya bagi kau,untuk mengubah angka 2 menjadi angka 4 ?  Hanya dengan merobah satu angka saja , kau sudah bisa hidup senang  "  Ketika saya tetap menolak,ia menyumpahi saya:”  Belagu kau ,jadi kuilah kau seumur hidup!" kata Bang Denni dengan wajah merah padam saking marahnya

Bersyukur sudah mampu melewati godaan dengan selamat 

Pulang kerja ,saya ceritakan hal ini kepada isteri saya ,yang memeluk saya sambil menangis,:"Syukurlah koko tidak tergoda .Biarlah kita hidup miskin ,daripada harus melakukan tin.dakan hina tersebut" 

Saya bersyukur kepada Tuhan, bahwa saya sudah mampu melewati godaan tersebut dan mampu mengalahkan diri sendiri 

Hanya sekedar berbagi cuplikan kisah hidup dikala hidup kami sedang terpuruk

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun