Agar Mampu Melaluinya dengan Selamat
Menjalani hidup dalam penderitaan selama 7 hari atau 7 minggu rasanya sudah sangat sulit, apalagi menjalni hidup dalam penderitaan selama tujuh tahun lamanya.Â
Kalau tidak terdapat saling mendukung antara suami dan istri, maka hampir dipastikan orang tidak akan mampu menahan penderitaan selama itu.Â
Akibatnya, tidak sedikit yang mengambil jalan pintas, yakni mengakhiri hidupnya sendiri atau melakukan tindakan yang berpotensi membahayakan orang lain, yakni melakukan tindak kekerasan agar mendapatkan uang.
Sebagai Gambaran tentang Hidup Kami
Setiap pagi jam 03.00 subuh, saya dan isteri serta putra kami yang berusia belum genap 4 tahun sudah harus bangun. Tugas saya adalah menimba air dari sumur dan kemudian menyaringnya karena airnya berwarna kuning kecoklatan. Hal ini disebabkan karena kedai yang merangkap tempat tinggal kami berada di atas selokan, yang airnya mengalir menuju ke Sungai Batang Arau.
Tidak jarang, ketika baru akan menimba air tampak ada bangkai tikus atau bangkai kucing yang sudah mengembung dan merapung dalam sumur. Mungkin kecemplung di malam hari. Maka saya sibuk menguras airnya dan meunggu air yang baru terbit dari mata air di dalam sumur.
Istri saya harus bergegas ke stasiun kereta api sambil membawa putra kami, karena saya harus kerja membuka sabut kelapa dan memarutnya untuk dijual sebagai kelapa parut.Pada waktu itu, untuk satu butir kelapa parut saya dapat keuntungan 5 rupiah.Â
Mengapa istri harus bawa anak? Karena kalau seorang wanita jam 03.00 subuh sudah keluar rumah pasti akan dianggap wanita gituan. Tapi kalau membawa anak, orang tahu bahwa istri lagi mencari nafkah.
Setiap Kali Istri dan Anak Pamitan Saya Mengutuki Diri Sendiri