Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Panjang untuk Menjadi Orang Indonesia

16 Agustus 2020   05:32 Diperbarui: 16 Agustus 2020   11:24 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Panjang Untuk Menjadi Orang Indonesia

Berbahagialah orang yang memang terlahir sebagai pribumi,karena serta merta menjadi: "orang Indonesia" Tanpa perlu berusaha apapun bahkan sejak masih menyusu pada ibunya, pada dirinya sudah disematkan hak pantent sebagai orang Indonesia asli. Tapi tak seorangpun dapat memilih dimana dan dalam keluarga mana ia akan dilahirkan, termasuk diri saya.

Walaupun de facto saya sudah lahir sebelum negeri tercinta ini menjadi tanah tumpah darah saya,tapi tidaklah secara serta merta saya mendapatkan label sebagai orang Indonesia. Walapun dua orang nenek buyut kami adalah wanita asli dari Pulau Nias dan satu lagi orang Minang Hal ini dikarenakan kakek moyang kami dulu datang dari negeri Cina. 

Karena itu terlahir di tanah tumpah darah sendiri, masih perlu perjuangan panjang dan  sarat dengan lika liku untuk mengurus berbagai surat menyurat sehingga kelak mendapatkan pengesahan secara formal selembar kertas yang bertuliskan: Surat Keterangan W.N.I"  Tapi kendati demikian, perjuangan untuk menjadi bagian seutuhnya dari bangsa Indonesia,bagi kami masih jauh . 

ket.foto: dokumentasi pribadi di KJRI Perth
ket.foto: dokumentasi pribadi di KJRI Perth
Meninggalkan Zona Nyaman dan Aman
Di kota Padang,sejak tempo doeloe entah siapa yang memulai,ada batasan batasan tertentu antara satu suku dan suku lainnya. Faktanya ada :
  1. kampung Cina
  2. Kampung Keling
  3. Kampung Jawa
  4. kampung Nias
  5. kampung Sebelah
  6. kampung Dobi

Nama nama ini walaupun tidak tahu kapan dan siapa yang meresmikannya,tapi sejak saya masih kecil ,yakni 70 tahun lalu,sudah ada .Yang termasuk daerah Kampung Cina adalah daerah Pondok,Pulau Karam ,Kampung sebelah dan jalan Sungai Bong,serta belakang Pondok dan  kelenteng, Yang berbatasan dengan Kampung Cina ini adalah Kampung Keling dan Kampung Nias Ada  Pasar Mudik,yang penghuninya adalah orang Minang 

Di kampung Sebelah dan Kampung Dobi,penghuninya adalah aneka ragam suku .dan di Kampung Jawa.kebanyakan yang tinggal adalah para perantau dari Jawa.

Kami Tinggalkan Zona Kenyamanan  

Kondisi terkotak kotak seperti diatas,tentu saja merupakan hal yang tidak serasi sebagai sesama orang Indonesia, Karena itu, pada waktu kondisi keuangan kami memungkinkan,kami meninggalkan zona kenyamaan dan keamanan,untuk tinggal di Komplek Wisma Indah I, Ulak Karang. Pada waktu itu, kami adalah keluarga non pribumi pertama yang berani  meninggalkan Zona aman. Banyak teman teman  menyarankan,agar saya berpikir ulang sebelum melangkah.Tapi salah satu sifat saya adalah sekali melangkah, pantang surut, apapun resikonya.

Karena saya berpikir,harus ada yang mau memulai atau selamanya kami akan tinggal terkotak kotak antara satu suku dan lainnya.Suatu hal yang tentu saja bukanlah hal yang baik

Kami memperkenalkan diri kepada Ketua RT  pak Safri Saun dan Pak Lurah dan mengundang seluruh tetangga untuk santap malam bersama dirumah kami di jalan Bunda I/no. 6 A, Ulak karang Padang. 

Ternyata sambutan hangat kami terima dari seluruh warga dan sejak saat itu secara perlahan tapi pasti, kami sudah hidup menyatu dan tidak lagi hidup dalam kotak kotak yang bernama Kampung Cina, Kampung Melayu, Kampung Keling dan seterusnya. Bahkan dalam setahun kami merayakan 3 hari raya ,yakni : Hari Raya Natal /Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Imlek.

Anak anak sekampung datang ke rumah kami dan isteri saya bertindak sebagai Sinterklas ,bagi bagi angpau kepada anak anak ini

Orang Sekampung Menangis Ketika Kami Pindah

Dimana ada pertemuan, selalu ada perpisahan. Saat di tahun 1990 kami pamitan kepada warga di Wisma Indah,karena kami akan pindah ke Jakarta.warga datang ramai ramai di rumah kami dan sambil menangis menyalami kami  satu persatu. Perjalanan panjang untuk menjadi orang Indonesia dan berakhir dengan kenangan indah

Catatan: tinggal selangkah lagi ,bila Tuhan mengizinkan, maka  artikel ke 5000 akan tuntas dan dapat saya persembahkan untuk Indonesia tercinta 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun