Mana Yang Diprioritaskan?.
Sejak seminggu ini saya dihadapkan pada pilihan yang sulit, yakni disatu sisi mempertahankan tradisi saling kunjung antar sesama Penulis di Kompasiana dan mengejar pemenuhan target mencapai total jumlah artikel menjadi 5000 artikel yang akan menjadi persembahan pribadi saya bagi Indonesia tercinta.Â
Bagi orang lain, bisa jadi hal ini cuma masalah sepele dan tak berarti Karena tidak melibatkan kepentingan siapa siapapun kecuali kepentingan pribadi saya. Mau memilih tetap konsisten dalam menekuni tradisi yang berlaku selama ini yakni ritual Blogwalking. Yang bermakna saling berkunjung antar sesama pengguna blog dengan resiko goal yang sudah direncanakan sejak setahun lalu, pasti akan gagal.
Pilihan lain adalah offline dari rutinitas blogwalking untuk sementara demi untuk mewujudkan hasrat hati mengapai 5000 artikel sebelum ayam berkokok di tanggal 17 Agustus 2020 dengan resiko tulisan saya akan sepi pengunjung.Â
Mengingat fakta yang ada di Kompasiana adalah "hukum tabur dan tuai" Yang setia mengunjungi akan dikunjungi dan yang tidak betah berkunjung silakan klik dan baca sendiri tulisannya
Dan saya sudah menentukkan pilihan, yakni mencapai target 5000 artikel dengan resiko menerima kenyataan bahwa tulisan saya akan sepi pembaca dan jangan berharap akan masuk ke Nilai Tertinggi atau Terpopuler. Dan bila hal ini terjadi saya tidak dapat menyalahkan siapapun karena sudah merupakan pilihan saya Dan setiap pilihan selalu akan diikuti oleh resiko
Resiko Harus Diambil
Analogi sederhana diatas,sesungguhnya dapat di jadikan kilas balik dalam kehidupan kita di ruang lainnnya, yakni bila suatu waktu kita dihadapkan pada pilihan yang sulit maka harus berani mengmbil keputusan,walaupun akan diiringi oleh resiko. Bila kita tidak berani mengambil sebuah keputusan, maka ibarat orang yang lagi berjalan di jalan raya tapi tidak tahu mau kemana? Bisa bisa di serempet kendaraan lainnya.
Seandainya Gagal?
Seandainya,setelah melangkah untuk mengambil sebuah keputusan dan ternyata .mengalami kegagalan ,maka kita tidak boleh menyalahkan pihak lain atau mencari kambing hitam. Karena diri kita adalah penentu jalan hidup sendiri. Karena yang terburuk dalam hidup ini bukanlah sebuah kegagalan,karena kegagalan bukan berarti segalanya sudah selesai. Yang terburuk dalam hidup ini adalah tidak berani mengambil resiko.sehingga hidup bagaikan orang berjalan ditempat. Nah,seperti ada kata kata bijak mengatakan:" My destiny is in my hands and your destiny is in your hands."
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H