Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Beda Negeri, Beda Pula Rasa Kaya

14 Agustus 2020   20:46 Diperbarui: 14 Agustus 2020   20:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket. foto: buah labu Siam, perkg. sekitar 10 dolar/dokpri

Orang Indonesia Gaji 20 Juta Rupiah Sudah Bisa Gaji Pembantu

Sejak kami menetap di Australia, hal yang paling sering saya dengar adalah rasa kagum orang Australia terhadap orang Indonesia.  Bayangkan  Gaji  20 juta rupiah sebulan atau setara 2 ribu dolar sudah bisa gaji Pembantu Rumah Tangga. Sedangkan di Australia, menggaji Pembantu Rumah Tangga adalah hal yang sangat langka. Begitu juga tidak ada Sopir pribadi di sini.

ket.foto: harga jambu biji 10 kali lebih mahal dibandingkan apel, itupun jarang ada/dokpri
ket.foto: harga jambu biji 10 kali lebih mahal dibandingkan apel, itupun jarang ada/dokpri
Periksa Tong Sampah Bisa Tahu Kondisi Keuangan Pemiliknya

Kalau di Indonesia, hanya dengan melihat isi tong  sampahnya, maka kita akan dapat memprediksi kondisi ekonomi pemilik tong sampah tersebut. Misalnya kalau isi tong sampah hanya terdiri dari sisa-sisa sayuran, kangkung dan jenis sayuran lainnya, maka hampir dapat dipastikan yang empunya Tong Sampah adalah keluarga yang ekonominya memprihatinkan. 

Sebaliknya bila isi Tong Sampahnya terdiri dari tulang ayam, kaleng bekas makanan kaleng, dan sisa sisa roti dan keju, maka hampir dapat dipastikan bahwa pemilik rumah tersebut hidupnya sudah mapan,

ket. foto: buah labu Siam, perkg. sekitar 10 dolar/dokpri
ket. foto: buah labu Siam, perkg. sekitar 10 dolar/dokpri
Bedanya dengan di Australia

Beda negara bukan hanya beda budaya, tapi isi Tong Sampahnya juga memiliki arti dan makna tersendiri. Misalnya kalau memeriksa isi tong sampah di barisan Burns Beach, maka Tong Sampah kami dapat dipastikan paling banyak isinya dan sangat beragam. Mulai dari kertas bungkus Indomie, kertas bungkus Cofee mix, tulang ikan dan kulit pisang. Hal ini menunjukan bahwa kami paling rajin memasak. Sementara itu, tong sampah tetangga hanya terisi sisa-sisa roti, bahkan tidak jarang roti yang masih layak dimakan, bekas bungkusan keju dan botol bekas wine. Karena mereka kebanyakan makan siang di cafe atau di restoran.

Menitipkan Anak di Kindergarten

Kalau di Indonesia, menitipkan anak di taman bermain bukanlah hal yang istimewa, tapi di Australia biaya untuk penitipan anak perhari adalah 130 dolar atau setara 1 juta 300 ribu rupiah. Seminggu 5 hari dititipkan berarti pengeluaran untuk biaya penitipan anak adalah 5 x 130 dolar = 650 dolar atau senilai 6,5 juta rupiah perminggu atau sebulannya 4 x 6,5 juta = 26 juta rupiah.

Buahan 

Di Indonesia, kalau membezuk teman yang sakit dan bahwa jambu rasanya malu-maluin banget ya. Makanya harus keluar uang beli buah Apel, buah Pir, atau anggur. Tapi kalau di Australia, apel sama sekali tidak dilirik orang, bahkan anak-anak dikasih gratis saja ogah karena harganya cuma 1 dolar perkg. Sedangkan harga jambu adalah 10 kali lipat dibandingkan harga buah apel.

Nah, inilah sekilas pernak-pernik tentang beda cita rasa kaya antara di negeri kita dan di Australia. Punya rumah permanen dan mobil baru, sudah dianggap orang kaya. Sedangkan kalau rumah tersebut dan mobil dijual, di Australia hanya dapat beli gubuk. Buktinya, pengalaman pribadi, kami jual satu unit apartemen di Mediranean Lagoon Apartement di kemayoran, tapi ternyata uang hasil penjualan apartemen tersebut hanya cukup untuk beli gubuk jauh di pinggiran kota.

Makanya kalau mau merasakan hidup sebagai orang kaya, paling tepat adalah di negeri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun