Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jurus Doa Saat Kepepet

11 Agustus 2020   09:06 Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:01 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : halo.riau.com

Sebuah Kritik Diri

Saking merasa diri sebagai makluk paling pinter dan paling cerdik sejagat raya, tanpa sadar telah menjerumuskan orang menjadi licik. Dan kelicikan ini tidak hanya merembet dalam dunia kehidupan manusia tapi juga entah sadar atau tidak terimplikasi dalam berdoa.

Doa yang seharusnya terlahir dari lubuk hati terdalam kemudian berubah menjadi "doa home made ", yakni doa yang diproduksi oleh otak manusia Maka terbitlah doa dengan cita rasa tawar menawar di Pasar Tanah Abang

Kisah ini Diangkat Dari Kehidupan Nyata

Kisah ini sudah dikenal sejak turun temurun di kampung halaman saya  Karena di Sumatera Barat di zaman orang memasak pakai kayu bakar sudah dikenal melegenda, yakni Kisah Tuan Tanah Yang Cerdik'

Sebagai pemilik tanah yang luas dengan ratusan pohon kelapa, maka tak heran bila Ajo menjadi orang terkaya di kampung . Bayangkan setiap 3 bulan sekali panen kelapa,ada ratusan butir kelapa yang diturunkan dan kemudian di jual dibawa ke kota untuk dijual. 

Ajo termasuk orang cerdik dimasanya dan penuh dengan hitung hitungan. Sehingga orang yang berkerja memanjat pohon kelapa dan menurunkan buah yang sudah matang,tidak digaji dengan uang,melainkan diberikan upah 2 butir kelapa .Dan hal ini lazim terjadi di kampung halaman saya tempo dulu. 

Suatu hari sambil senyum senyum menghitung uang masuk dari hasil penjualan kelapa, tetiba "ureka" dan Ajo melompat dari kursi reyotnya hingga hampir saja kopi pahitnya tumpah . Benar, walaupun kaya raya, tapi Ajo hidup dalam penghematan yang tiada taranya. Untuk minum ia tidak merasa perlu beli gelas,karena tempurung kelapa bisa disulap jadi mangkuk. 

"Ureka!" seperti tetiba listrik padam mendapatkan aliran 1000 watt, wajahnya berseri seri, Ya, Mengapa harus membayar orang memanjat pohon kelapa? Bukankah ia masih muda dan sangggup melakukan ? Membayangkan ,seandainya ia bisa hemat 2 butir kelapa dari setiap pohon  dan dikalikan dengan ratusan pohon kelapa yang ada di kebunnya, semangat nya langsung menggelora. 

Mulai Memanjat Pohon Kelapa

Karena hari masih pagi,maka Ajo mulai memanjat pohon kelapa dan dalam waktu tidak sampai satu jam, pekerjaan menurunkan kelapa yang sudah matang usai tanpa kesulitan yang berarti. "Yes! 2 butir kelapa sudah hemat " katanya memuji diri sendiri. Maka langsung pohon kedua mulai dipanjat. Satu persatu buah kelapa yang sudah tua dipelintir dan dijatuhkan. Tapi ketika angin kencang bertiup dan pohon kelapa bergoyang,Ajo mulai dihinggapi rasa panik.Sehingga satu butir buah kelapa yang sudah dipelintir,tersangkut dipelepah daun . Tubuhnya mulai menggigil dan membayangkan bila ia jatuh,maka seluruh kekayaannya akan menjadi milik istrinya yang entah berapa orang.

Tetiba bagaikan dapat wahyu .Ajo jadi ingat berdoa. Hal yang sudah lama sekali dilupakan Maka secara serta merta Ajo mulai menggunakan jurus doa dalam kepepet."Ya Tuhan,selamatkanlah aku.Bila aku selamat tiba di bawah,maka setengah dari hartaku akan kubagikan kepada fakir miskin"Maka setelah berdoa ia mulai beringsut turun. 

Dan ketika ia menengok kebawah,tinggal separuh lagi ,maka ia akan tiba di tanah dengan selamat. Maka kembali Ajo berdoa:"Ya Tuhan ,terima kasih ,Saya hanya tinggal beberapa meter saja lagi,akan tiba dengan selamat. Bila selamat tiba dibawah,maka aku akan membagikan 20 persen dari hartaku." doanya sambil tersenyum licik'

Puji Tuhan Aku Selamat

Dan dengan beringsut ia turun . Ketika membuka matanya,ia melihat tanah hanya sejengkal saja lagi . Ia turun dan tiba dengan selamat Kemudian mulai berdoa lagi "Ya Tuhan, terima kasih aku sudah selamat tiba.  Maafkan aku ya Tuhan, Tadi saking gugup,maka aku secara sembarangan mengucapkan janji ini dan itu.Mohon Tuhan lupakan apa yang sudah aku ucapkan ya. "Dan dengan hati berbunga bunga karena merasa sudah mampu mengecoh Tuhan, Ajo berniat melangkah pulang, Tapi tetiba angin bertiup kencang.Dan satu butir kelapa yang tadi sudah dipetik dan menyangkut di pelepah tiba tiba jatuh dan menimpa kepalanya

Dan sejak itu memang Ajo tidak perlu lagi membagikan hartanya kepada orang miskin,karena ia sudah tidak ingat lagi siapa dirinya 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun