Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Horor Kehidupan (Pengalaman Pribadi)

8 Agustus 2020   04:00 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:12 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi: jawa pos.com

Saya merasa paha saya robek hingga ke batas perut dan mata mulai berkunang kunang, Teman saya Herman datang membantu saya berdiri, tapi melihat paha saya basah oleh darah segar,tiba tiba ia terkulai dan pingsan.  

Saya berteriak memanggil orang kampung dan beberapa orang berlari datang   Saya minta tolong agar Herman diberikan air hangat agar sadar dari pingsannya. Kemudian minta tolong salah seorang dari mereka untuk membantu mencabut potongan bambu yang masih menancap di paha saya.  

Tapi orang yang saya minta tolong ,ketika menengok potongan bambu dipaha saya sudah basah oleh darah,wajahnya berubah pucat  dan minta maaf karena tidak berani membantu mencabutnya. Akhirnya saya minta tolong  mereka bantu teman saya Herman .

Mencabut Sendiri

Saya ingatkan diri saya,bahwa saya tidak boleh ikut panik. Karena kalau saya panik,maka hidup saya akan berakhir di kampung ini.Karena darah semakin banyak mengalir, Dan pada waktu itu mana ada Pukesmas dikampung?  Saya hanya minta segelas teh hangat.

Setelah mereguk air hangat rasa pusing saya mulai berkurang, Menarik nafas dalam dalam dan berdoa.Kemudian saya cabut potongan bambu yang menancap di paha saya. 

Pada saat saya mencabut potongan bambu tersebut, serasa jantung saya ikut tercabut . Tapi berkali kali saya ingatkan diri ,agar jangan sampai saya pingsan disini , Untuk mencegah agar darah jangan terus mengalir,maka saya buka kaus dalam dan merobeknya, Saya balutkan kepaha saya . 

Setelah Herman sadar diri ,maka saya ajak untuk kerumah sakit,karena merasa masih ada sisa patahan bambu dalam paha .Tapi Herman tidak kuat membonceng saya, maka jalan satu satunya saya harus membonceng Herman dan mengayuh sepeda untuk kerumah sakit umum di Jalan Jati Padang,yang berjarak sekitar 40 kilometer. Dengan menahan rasa sakit,saya mengayuh sepeda dan bersyukur kami tiba dengan selamat di rumah sakit. 

Hingga saat ini,bekas luka masih berbekas dipaha saya ,sepanjang lebih kurang 10 centimeter . Hal ini menjadi Pelajaran berharga bagi saya, agar jangan lagi lakukan sesuatu ,secara over confidence

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun