Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sanjungan Jangan Sampai Membuat Kita Mabuk

2 Agustus 2020   05:45 Diperbarui: 2 Agustus 2020   05:43 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Dan Jatuh Tersandung

Belakangan ini, entah dapat ilham dari mana ,tetiba begitu banyak puji pujian yang dialamatkan kepada saya dan istri. Yang saya maknai sebagai sebuah sanjungan .

Pagi ini,sambil menikmati semangkuk besar indomie yang masih mengepulkan uap yang disediakan istri tercinta, saya baca dengan mata berkaca kaca ,walaupun tanpa kaca mata,tulisan dari Suhu Felix Tani dan  Sang Pencerah Katedrajawen . Mengapa?

Karena disana nama saya  mendapatkan tempat yang terhormat. Walaupun dikemas dalam tulisan yang seakan akan suatu bentuk "keprihatinan" tapi sejatinya intinya adalah puji pujian bagi diri saya pribadi. Senang nggak ya?

Sejujurnya saya bukan hanya senang ,tapi sangat senang .Tulisan tulisan ini dan termasuk tulisan lainnya dari teman teman di Kompasiana untuk saya dan istri,saya maknai sebagai sebuah sanjungan.

Tersanjung karena merasa sangat disayangi oleh semua sahabat kami di Kompasiana. Bahkan pada hari ulang tahun saya, seorang Kompasianer yang jauh tinggal di Jerman,mau menyanyikan lagu :"Happy Birthday to you pak Tjipta" yang dikirim lewat voice recording. 

Kembali ke Judul

Jangan Sampai Sanjungan Membuat Kita Tersandung. Walaupun sejujurnya hati saya berbunga bunga mendapatkan kasih sayang dari para sahabat di Kompasiana ,dalam wujud tulisan dan candaan,tapi sekaligus ada bunyi alaram yang mengingatkan,agar jangan sampai saya mabuk karena disanjung.Bahkan menjadikan saya semakin mawas diri, agar orang tidak menyesal pernah memberikan pujian kepada saya 

Saya pernah baca sebuah sanjungan dari pak Thamrin Dahlan,seorang sahabat Kompasiana sebagai berikut:
Rangkaian perjalanan hidup Uda Tjipta beserta keluarga sungguh memberikan motivasi bagi kita semua terutama bagi generasi muda. Kegigihan berjuang melawan hidup, kemudian menyadari bahwa hidup bukan dilawan namun di jadikan teman adalah kunci kesuksesan Bapak Tjipta didalam mengarungi samudera luas kehidupan nan penuh gelombang. Hidup ini bagaikan diayun ayun gelombang, ikuti saja bagaimana riaknya dan yang penting jangan sampai  tenggelam. (Thamrin Dahlan dalam resensi buku Beranda Rasa ,karya tjiptadinata effendi)

Semakin Mawas Diri

Saya ingatkan diri saya,agar jangan sampai puji pujian dari teman teman ,menjadikan saya melambung dan lupa diri. Karena orang tidak hanya bisa mabuk karena minum alkohol.tapi juga bisa mabuk karena banyak hal lainnya. Salah satunya adalah mabuk sanjungan . Orang mabuk,apapun penyebabnya menyebabkan orang menjadi lupa diri.

Pujian dan sanjungan,seharusnya menjadikan kita semakin rendah hati dan melambungkan rasa syukur kepada Tuhan,bahwa saya dikaruniai sahabat sahabat baik,walaupun sebagian belum pernah bertemu.

Terima kasih tak terhingga kepada semua sahabat kami yang begitu menyayangi diri  saya dan istri dengan segala kekurangan yang ada pada kami berdua. Semoga Tuhan membalas dengan berkah yang melimpah,termasuk untuk cucu cucu kami  yang saat ini bertugas sebagai Admin di Kompasaiana. Salam sayang dari kami berdua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun