Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Humor Kehidupan (Bagian 3)

29 Juli 2020   06:45 Diperbarui: 29 Juli 2020   07:03 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cranethie.com

Bagi yang Hadir Diharap Bawa Piring Ya

Kisah ini juga terjadi diawal kami baru tinggal di Australia. Sejujurnya, saya bingung orang sering menyebutkan "Cutural Shock". Kan kita sudah tahu bahwa beda negeri beda pula adat istiadatnya.. Lalu mengapa pula harus mengalami Cultural Shock? 

Tapi setelah tinggal agak lama dan mulai berinteraksi dengan lingkungan, baru tahu bahwa memang banyak hal yang bisa bikin kita shock. Misalnya ketika saya ulang tahun, teman-teman bawa cangkul, parang, dan pemotong rumput. Tentu saja saya bingung. 

Tapi syukur ada putri kami Irvianty yang menjelaskan bahwa karena saya senang berkebun dan mereka tahu bahwa saya tidak minum Wine. Maka mereka memberikan hadiah ulang tahun, merupakan alat alat untuk kerja di kebun.

Undangan Makan di Rumah Teman

Suatu waktu, kami diundang makan di rumah teman untuk ikut merayakan hari ulang tahunnya.

Seperti biasanya, kami selalu menjaga agar jangan pernah datang terlambat dalam acara apapun. Karena di samping tidak enak hati karena datang terlambat, sekaligus juga menganggu acara orang.

Maka beberapa menit sebelum jam yang tertera dalam undangan kami sudah tiba di rumah teman yang mengundang Yang lokasinya tidak jauh dari Fig Tree mall.

Ternyata di samping beberapa orang teman dari warga setempat, juga ada teman sesama orang Indonesia. Maka tentu saja kami sangat senang bertemu sesama orang Indonesia. Langsung berkenalan dengan mbak Wati yang datang bersama suaminya mas Deddy. 

Selang beberapa saat tetiba mbak Utami bertanya kepada istri saya, "Maaf, kog bu Rose bawa-bawa makanan?"

Dan dijawab istri saya, "Benar, saya bawa Rendang Padang, sekaligus untuk memperkenalkan masakan dari kampung halaman kepada teman teman di sini."

Lha, bukannya kita diminta hanya diminta bawa piring masing-masing? Ini lho bu Rose, undangannya, sambil memperlihatkan kartu undangan.

Benar di sana ada tulisan, "Please Bring a Plate". Terus mbak Wati cerotos ke istri saya, "Bu Rose salah mengerti, kita kan diminta bawa piring karena mereka mau bagi-bagikan makanan," ujar mbak Wati yang merasa yakin akan apa yang dibacanya.

Tidak Arif Membaca yang Tersirat

Tapi istri saya menjelaskan bahwa memang di kartu undangan tertulis "Bring a Plate", tapi maksudnya bukan bawa piring kosong karena mau bagi-bagi makanan, tapi justru kita diminta bawa sepiring makanan untuk dimakan bersama-sama. Mendengar penjelasan ini, baru mbak Wati kaget, ternyata mbak Wati tidak mampu membaca apa yang tersirat.

Kalau beberapa detik sebelumnya, mbak Wati berbicara dengan nada tinggi karena yakin istri saya salah pengertian, kini berbalik bersuara memelas, "Aduh bu Rose, saya malu nih, tolong dong bu gimana nih ya?" 

Maka oleh istri saya mbak Wati diajak ke toilet. Lho, kenapa ke toilet? Ternyata di sana, Rendang Padang yang dibawa istri saya dibagi kepada mbak Wati, agar jangan sampai malu bawa piring kosong.. Dan istri saya sudah jadi penyelamat mbak Wati sehingga tidak sampai mempermalukan diri sendiri dengan bawa piring kosong datang ke undangan.

Pesan moralnya;

Nah, walaupun kesannya lucu tapi sesungguhnya ada pesan moral, yakni yakin diri boleh tapi jangan lupa ada yang tersirat, yang jauh lebih penting ketimbang yang tersurat.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun