Penghasilan Tukang Bangunan Lebih Besar dari Sarjana
Beda negeri, beda budaya, dan beda sudut pandang. Kalau di negeri kita, seorang wanita sarjana menikah dengan seorang tukang bangunan, agaknya masih terasa janggal kedengarannya. Baik bagi pengantin yang akan menikah, maupun keluarganya.Â
Kalau dalam pembicaraan emak-emak ada pertanyaan, " Menantunya kerja di mana bu?" Mau menjawab, " Hm mantu saya tukang batu," hampir pasti akan ada pertanyaan bernada heran, "Lho kog bisa begitu? Putri ibu kan sarjana.guru lagi, kog menikah dengan Tukang Batu?"Â
Nah, ini adalah gambaran yang terjadi di negeri kita, di mana posisi "orang kantoran" masih dianggap selevel lebih tinggi ketimbang pekerja kasar seperti Tukang Batu atau Tukang Kayu.
Tapi seperti kata peribahasa, "Lain Padang, Lain pula Belalangnya". Di sini gaji tukang bangunan, atau tukang las, rata-rata sekitar 5-6 ribu dolar atau setara dengan 60 juta rupiah uang kita. Jumlah ini lebih besar dari gaji rata-rata "orang kantoran".
Sudut Pandang yang Berbeda
Lain padang lain belalangnya,lain negeri lain pula sudut pandang terhadap berbagai masalah hidup. Teman cucu kami, seorang sarjana pendidikan dan mengajar di salah satu sekolah negeri setingkat SMA menikah dengan seorang Tukang Batu.Â
Tapi di sini tidak ada yang heran, apalagi sampai nanya-nanya, mengapa begini mengapa begitu? Karena dalam pergaulan dan berinteraksi dengan orang sekitar, orang di sini sama sekali tidak peduli kerja apa atau punya titel ataupun tidak.Â
Rata-rata orang Australia tidak menggunakan titel di depan maupun di belakang namanya. Walaupun sesungguhnya lulus Master of degree. Contoh aktual lainnya, cucu kami Dea Karina Putri lulus Master of degree, tapi sejak lulus dan diwisuda tidak pernah menggunakan titelnya. Karena di sini dalam pergaulan, orang hanya melihat dari cara kita melayani tamu. Mengenai apa posisi kita, sama sekali tidak penting.
Selama lebih dari sepuluh tahun di Australia, saya tidak tahu apa agama dan apa persisnya pekerjaan teman-teman kami, kecuali mereka yang mulai menceritakannya.
Tukang Pel Lantai Berani Ajak Nyonya Rumah  ke Restoran
Kalau di Indonesia yang statusnya Office boy atau Office Girl, maupun yang bekerja membantu dalam rumah tangga, mana ada yang berani mengajak nyonya rumah makan di restoran.Â
Tapi di Australia dalah hal yang sangat biasa karena mengajak makan bareng bukanlah berarti ditraktir, karena diajak makan bareng di sini berarti B/S, bayar sendiri sendiri. Kecuali disebutkan, "Saya traktir anda makan siang".
Tulisan kecil ini hanyalah sekedar bercerita bahwa status seseorang di sini sama sekali tidak berpengaruh terhadap pergaulan maupun pernikahan.Â
Mau sekaya apapun atau setinggi apapun jabatan, kalau tidak merasa ada kecocokan, tidak bakalan ada yang mau berusaha untuk mendekati apalagi menjadi sahabat.Â
Beda negeri beda sudut pandang dan semakin banyak bergaul dengan beragam suku bangsa, semakin banyak yang dapat dipelajari bahwa status seseorang tidak menjadi ukuran dalam menjalin sebuah persahabatan maupun menjalin hubungan kekeluargaan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H