Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Roda Nasib Terganjal, Apa yang Harus Dilakukan?

22 Juli 2020   20:24 Diperbarui: 22 Juli 2020   20:55 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar : dokumentasi pribadi

Jangan Pernah Putus Asa

Sudah kerja keras siang malam selama berbulan bulan,tapi belum ada tanda tanda bahwa nasib akan berubah menjadi lebih baik. Segala saran dan nasihat sudah dijalankan. Kata orang, jangan hanya bekerja dengan otot karena hanya akan menjerumuskan anda menjadi kuli seumur hidup. Disamping kerja keras,juga harus cermat dan jangan lupa berdoa. Semua sudah dilakukan. Tapi belum ada tampak ada tanda tanda bahwa nasib akan berubah. Kata orang hidup itu ibarat roda pedati, ada kalanya berada diatas tapi ada kalanya berada dibawah. Tetapi rasanya,bagi diri kita roda pedati terganjal batu besar, sehingga tidak bisa bergerak. Akhirnya, rasa putus asa mulai menggeroti diri kita. 

Merasa bahwa mungkin memang ditakdirkan untuk menjadi kuli seumur hidup. Begitu pikiran negatif ini membius seluruh indra kita, maka mulailah rasa putus ada mendera diri dan seluruh daya hidup menjadi rontok. Bila hal ini dibiarkan terus berlanjut maka kita akan tenggelam dalam keputusasaan

Orang Yang Putus Asa Sudah Mati Sebelum Ajal Sesungguhnya Menjemput

Putus asa berarti orang sudah tidak lagi memiliki harapan. Baik terhadap dirinya sendiri,maupun terhadap pertolongan orang lain, bahkan tidak lagi memiliki harapan kepada Tuhan. Orang yang putus asa sesungguhnya sudah meninggal sebelum kematian yang sesungguhnya menjemputnya. Karena itu, kita perlu mawas diri agar jangan sampai terjerumus dalam keputusasaan

Syukuri Kemajuan Sekecil Apapun

Cara untuk mengatasi rasa putusasa adalah dengan menyukuri kemanjuan yang dicapai, sekecil apapun. Misalnya kalau biasanya hanya untuk sebungkus nasi rames harus berhutang dikedai. maka setelah bekerja keras siang malam kini sudah bisa menikmai makanan yang layak. Dengan menyukuri apa yang sudah dicapai,akan merawat pikiran positif dalam diri kita dan sekaligus menjadi motivasi diri.

Kalau boleh dianalogikan, ibarat kita ingin menikmati buah dipohon tapi buahnya belum matang. Coba kalau kita duduk dibawah pohon untuk menunggu buah tersebut matang, mungkin bisa menyebabkan kita mendapat gangguan jiwa. Tapi kalau kita jalani hidup secara wajar tetiba suatu waktu kita mendapatkan,bahwa buah yang tersebut sudah matang dan bisa dinikmati  Begitu juga dalam hidup ini, buah dari kerja keras kita tidak bisa ditunggu karena kita tidak tahu persisnya berapa bulan atau berapa tahun baru akan menampakkan hasilnya. 

Kami menjalani hidup morat marit selama tujuh tahunnhingga nasib kami berubah. Kalau saya menunggu selama 7 tahun, maka dapat dipastikan saya akan dibawa ke rumah sakit jiwa. Tapi karena kami jalani hidup, sambil tetap menyukuri apa yang ada pada kami,tanpa terasa tujuh tahun sudah mampu kami lalui dengan selamat dan dapat mendapatkan bahwa nasib kami sudah berubah menjadi lebih baik

Artikel ini ditulis bukan berdasarkan hasil kajian ilmiah, melainkan diceritakan oleh seorang kakek yang pernah merasakan pahit getirnya hidup dan kelak dapat menikmati manisnya kehidupan

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun