Menyesali Pertemuan
Berpindah pindah kediaman seperti kucing beranak menyebabkan saya kehilangan kontak dengan sahabat sahabat semasa kecil yang sekaligus adalah tetangga teman bermain selama bertahun tahun. Tiada hari tanpa kami bertemu dan bersenda gurau.
Bahkan ketika beranjak dewasa kala saat itu situasi keamanan tidak kondusif ,karena adanya pergolakan di daerah,yakni PRRI, kami juga setiap malam bertemu di pos ronda. Walaupun masih duduk di SMP tapi didera oleh kehidupan yang keras, kami menjadi dewasa lebih cepat.Â
Dewasa dalam keartian yang positif, yakni ikut memiliki rasa tanggung jawab terhadap keamanan di kampung kami yang bernama Kampung Kali Kecil ,yang masih termasuk dalam wilayah Pulau Karam di kota Padang.Â
Membaca nama Pulau Karamtanpa perlu penjelasan lebih lanjut rasanya setiap orang sudah memahami,bahwa bila hujan lebat selama beberapa jam,maka daerah ini "karam" alias terendam air. Walaupun tidak jarang kami bertengkar tapi kami cepat rujuk kembali dan akur.Â
Kenangan manis ini terpateri terus hingga kami sama sama beranjak dewasa dan akhirnya terpisah oleh perjalanan hidup. Ada yang pindah ke Pekanbaru, ada yang ke Medan dan ada juga sahabat saya yang mencoba peruntungan di Jakarta Dan secara total kami saling kehilangan kontak. Hanya tersisa kenangan indah semasa remaja.
Akhirnya BertemuÂ
Suatu waktu ketika saya dan istri sudah tinggal di Jakarta dan berbelanja ke Anggrek Mall, tiba tiba pandangan mata saya tertuju pada seseorang. Saya ingat benar wajah ini,karena adalah sahabat baik dan sekalgus tetangga persis disamping rumah orang tua kami di Jalan Kali Kecil .
Tak sabaran karena kuatir kesempatan bertemu hilang, maka saya kejar sahabat saya yang bernama Rudy (bukan nama sebenarnya). Saya pegang tangannya dan Rudy tampak kaget dan menepiskan tangan saya.Â
Saya langsung berkata, "Rudy, ini saya, kita tetangga dulu di Kali kecil, masih ingat nggak?" Rudy memandangi wajah saya berkata tanpa ekspresi, "Oh ya apa kabar? "Â
Menyaksikan sikapnya yang dingin, suasana hati saya yang gembira bertemu sahabat lama tiba tiba bagaikan terhempas. Bayangan bahwa kami akan saling berpelukan buyar. Apalagi disusul dengan kata katanya yang datang, "Maaf ya. saya mau buru buru" sambil menyalami saya dengan ujung jarinya.Â
Pada saat itulah saya sungguh merasakan kehilangan seorang sahabat baik dan sekaligus tetangga sejak masih kecil. Kalau sebelumnya sangat berharap kami bisa bertemu justru saya menyesal kami bertemu karena begitu ketemu saya justru kehilangan salah satu sahabat baik saya. Jadi ingat salah satu lirik lagu "Bukan perpisahan yang kutangisi, tapi pertemuanlah yang kusesali"
Jarak dan Waktu Yang Memisahkan Bisa Menyebabkan Orang Berubah Total
Kejadian ini saya jadikan pelajaran berharga bahwa karena dipisahkan oleh jarak dan waktu yang panjang, orang bisa berubah total dari seorang sahabat baik menjadi sesosok orang yang seakan baru pertama kali bertemu. Dan kejadian ini bukan hanya sekali tapi sudah berkali kali saya alami.
Karena itu, selanjutnya bila mendapatkan nomor ponsel sahabat lama, saya tidak langsung main telepon, tapi saya kirim pesan via SMS dan bila jawabannya menunjukkan bahwa ia masih mengenal saya sebagai sahabatnya, baru saya telpon dan kami janjian ketemu. Tapi bila jawaban sms setawar air teh pahit, maka saya sudahi hingga disana interaksi kami. Karena apalah artinya membuang waktu untuk berkomunikasi dalam hubungan semu sekedar basa basi? Saya sangat senang bisa bersahabat dengan siapa saja selama persahabatan tersebut setulus hati.
Mungkin pengalaman ini bukan hanya saya yang mengalami,tapi juga dialami oleh orang lain, walaupun versinya berbeda,tapi lagunya sama.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H