Bukan Ketika Saya Terkapar Berkali Kali di Rumah Sakit
Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang paling mendebarkan, paling menakutkan, dan paling mengerikan dalam perjalanan hidupnya.Â
Dalam menentukan kriteria agar dapat disebut sebagai pengalaman paling mengerikan, tentu saja tidak ada kriteria yang baku karena amat tergantung pada masing masing orang. Ada orang yang mungkin menempatkan kejadian ketika terjadi kecelakaan pada dirinya sebagai hal paling mengerikan. Hal ini tentu saja sah-sah saja karena tidak ada orang yang akan dirugikan dengan pernyataan ini.
Ada juga yang mungkin bercerita saat paling menakutkan dan mengerikan adalah di saat dirinya terjatuh dan terpancang di atas pagar bambu Atau saat sedang sekarat karena tenggelam maupun ketika berkali kali terbaring di ruang operasi, boleh jadi merupakan hal yang paling mengerikan bagi orang lain.Â
Saya Sudah Mengalami Semua Kejadian Ini
- 4 kali tergeletak di ruang operasiÂ
- 3 kali terkapar di jalan raya tak sadar diri
- 1 kali terjatuh dan terpancang dipagar bambu
- 1 kali terjatuh dari pohon dengan kepala terhempas ke tanah
- 1 kali tenggelam di kolam renang
- 2 kali tenggelam di laut
- 1 kali infeksi 80 persen paru-paru di AustraliaÂ
Yang Paling Mengerikan Bukan Hal Tersebut
Yang paling mengerikan adalah ketika saya sedang mengemudikan sedan toyota Corolla dari Padang menuju ke Jakarta dengan membawa istri dan anak-anak ketika mereka masih kecil Kendaraan baru saja diambil dari bengkel yang sudah menjadi langgangan kami dan yakin bahwa semuanya sudah dilakukan check and recheck secara maksimal.Â
Pada awalnya, semua berlangsung dengan aman dan tidak ada sedikitpun terasa ada gangguan atas kendaraan yang baru setahun saya beli.Ketika tiba di luar kota dan kondisi lalu lintas sepi, saya mulai tancap gas dan melarikan kendaraan dengan kecepatan antara 80 hingga 90 km yang sesungguhnya adalah hal yang sangat wajar. Mengingat kalau berada di jalan toll, maka maksimum kecepatan adalah 100 km /jam.Â
Ketika akan memasuki jembatan, saya bermaksud mengurangi kecepatan dengan menginjak pedal rem. Tapi sama sekali tidak berfungsi. Maka saya mencoba menekan pedal rem dengan gerakan seperti memompa dengan harapan bila ada yang menyangkut, rem bisa kembali berfungsi. Akan tetapi sama sekali tidak ada efek karena kendaraan melaju dengan kencang, sementara di depan tampak ada bis yang juga akan memasuki jembatan dengan arah yang berlawanan.Â
Jantung saya serasa akan copot, tapi saya ingatkan diri saya agar jangan panik karena setiap detik mempertaruhkan keselamatan seluruh nyawa orang-orang yang saya cintai, yakni istri dan ketiga anak kami yang waktu itu masih kecil
Saya nyalakan lampu dan membunyikan klakson untuk mengisyaratkan something happen dengan kendaraan yang saya kemudikan dan kemudian begitu kendaran melewati jembatan, stir saya belokan secara tajam ke arah pinggiran jalan dan bersamaan dengan itu, perseneiling saya sentakkan sscara paksa ke persneiling 1 dan rem tangan saya tarik sekuat kuatnya. Terdengar bunyi berderak dengan keras, namun pada saat yang sama berhenti total. Mesin saya matikan dan langsung bersujud syukur, kami semuanya selamat!Â
Hope for the best, but ready for the worst
Kita boleh saja berharap dan berdoa, semoga selalu dalam lindungan Tuhan, tapi jangan lupa agar tetap waspada in case of emergency, ready for the worst. Yang paling penting adalah "Jangan panik!". 3 Detik di tangan kita untuk menyelamatkan diri atau tidak sama sekali.
Catatan tambahan
Belakangan baru tahu bahwa ada yang sengaja merusak sistem rem. Tapi karena orangnya sudah minta maaf dan sudah dipanggil Tuhan, maka saya merasa tidak perlu lagi menguraikannya di sini agar arwahnya tentram di alam baka.
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Karena tidak ada gunanya menuliskan suatu kebohongan untungnya tidak ada selain dari akan menodai diri kita sepanjang hayat.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H