Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bagi yang Hatinya Pernah Terluka

20 Juni 2020   20:17 Diperbarui: 20 Juni 2020   20:21 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest.com

Mari Kita Berbagi Kisah

Dalam perjalanan hidup ini, siapapun adanya diri kita, tidak pernah akan terluput dari masalah. Kalau masalah kecil, ya biasalah. Hari ini kejadian, dalam waktu dua tiga hari kita sudah melupakannya. Bahkan seandainya entah karena apa secara fisik kita terluka, walaupun pasti akan terasa sakit, tetapi setelah dibawa ke Pukesmas atau ke rumah sakit, maka dalam beberapa waktu akan sembuh. 

Luka Batin Tak Tampak Kasat Mata, Tapi Bisa Membawa Maut 

Kalau kita ditipu oleh orang yang tidak dikenal atau hanya sebatas teman, kita pasti marah dan sangat jengkel. Tapi selang beberapa waktu, kita sudah melupakannya karena hanya sebatas kehilangan uang atau materi. Tetapi bilamana yang menipu kita adalah orang yang dekat dengan kita, apalagi orang yang disayangi dan sudah dianggap sebagai anggota keluarga sendiri, maka rasa sakitnya akan terasa berlipat ganda. Bahkan tidak jarang melukai hati kita. Penyebabnya, belum tentu uang atau materi, boleh jadi kepercayaan yang kita berikan dengan sepenuh hati disalahgunakan.

Menyembuhkan luka bathin ternyata jauh lebih sulit ketimbang menyembuhkan luka fisik.

Tidak Ada Rumah Sakit yang Dapat Menyembuhkan Luka Batin

Bila hati kita yang terluka maka tidak ada rumah sakit manapun di dunia ini yang dapat menjahit dan mengobati luka hati, kecuali diri kita sendiri. Saya sudah mengalami semuanya. Tapi tidak mungkin saya tuliskan secara keseluruhan, karena akan menjadi satu jilid buku. Karena itu, saya mencoba menuliskan  satu dua pengalaman secara ringkas agar mendapatkan gambaran:

  1. Mengangkat seorang anak yatim piatu - dari pengangguran, saya berikan pekerjaan tetap, bahkan diberikan kepercayaan penuh, tapi ternyata kelak menghianati kepercayaan yang diberikan 
  2. memberikan kepercayaan kepada anak tetangga yang sejak dari kecil setiap hari bermain di rumah kami, tapi kelak juga menipu kami
  3. memberikan kepercayaan kepada sahabat baik, tapi kelak menghianati saya dan bahkan saya sempat menjadi buronan polisi dan kemudian ditahan seakan-akan diri saya adalah seorang penjahat.

Butuh waktu lama sehingga saya mampu berdamai dengan diri saya sendiri sehingga dapat memaafkan mereka semuanya. Karena luka hati sangat dalam, maka walaupun kelak saya sudah memaafkan mereka, tapi bukan berarti secara serta merta luka hati bisa bertaut.

Perjalanan Waktu yang Akan Menyembuhkan

Saya mencoba memetik hikmah dari seluruh kejadian yang menimpa diri saya dan kesimpulannya adalah :

jangan sampai overdosis memberikan kepercayaan karena kejahatan terjadi bukan hanya semata karena ada niat, tapi boleh jadi karena kesempatan yang kita biarkan terbentang di depan matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun