Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lupa Membuka Hati

7 Juni 2020   19:40 Diperbarui: 8 Juni 2020   03:45 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibatkan Hati Tidak Tersentuh Melihat Penderitaan Orang Lain

Berbagai penderitaan telah mendera umat manusia yang disebabkan oleh serangan Covid 19. Hampir setiap media memberitakan tentang kematian yang disebabkan oleh virus Corona ini. Tapi hanya sedikit sekali orang yang tersentuh hatinya mendengar berita duka ini. Karena menganggap tidak ada hubungan dengan diri pribadi ataupun dengan keluarga. Bahkan ketika anak tetangga  menangis karena ayahnya di phk dan mereka tidak lagi punya sesuatu untuk dimakan, tetap saja tidak mampu menggungah hati orang banyak. Paling mengatakan :"Kasihan ya."

Apa yang disaksikan oleh mata dan didengar oleh telinga, tidak mampu menggerakan hati orang karena pintu hati tertutup. Sehingga yang ada dalam pikirannya adalah "yang penting saya dan keluarga selamat, yang lain bukan urusan saya" Bahkan ketika menyaksikan terjadi tabrak lari dan korban tergeletak di jalanan orang tega pura pura tidak melihat dan tetap melanjutkan perjalanan

open-heart-5edce4d8d541df61fb50bd82.jpg
open-heart-5edce4d8d541df61fb50bd82.jpg
Ilustrasi: https://www.youtube.com/watch?v=54wc1r-toAw 

Membuka Hati Tidak Semudah Membuka Pintu Gerbang 

Untuk membuka hati memang tidak semudah membuka pintu mobil atau membuka pintu rumah. Butuh proses dan latih diri. Terkadang penderitaan yang kita alami menyebabkan hati kita membatu dan sama sekali tidak tersentuh untuk membantu orang lain. 

Sebagai contoh, setelah didera hidup dalam penderitaan selama bertahun tahun dan kelak dapat mengubah nasib menjadi lebih baik., saya menutup hati terhadap derita orang lain. Karena telah tertanam dalam hati, selama bertahun tahun kami hidup menderita tak seorangpun yang terbuka hatinya untuk membantu meringankan penderitaan kami..Bahkan ketika putra kami mengalami kejang kejang,saya sudah berusaha untuk meminjam uang untuk biaya berobat,tapi tak seorangpun terketuk hatinya,sehingga akhirnya cincin kawin saya jual. Cincin kawin yang saya pakai kini tertulis tahun 1976 ,padahal kami menikah 1965  Hal ini telah menciptakan rasa  dendam yang terselubung. Karena merasa bahwa hidup menderita,tidak seorangpun tergerak hatinya untuk menolong,maka ketika berada dalam kondisi yang lebih baik,hati menolak untuk membantu siapapun.

Sadar Ketika Terbaring di Rumah Sakit

Tapi kelak, ketika saya terkapar sakit di Mount Elisabeth ditengah malam saya merasa tenggorokan kering Mencoba memencet bell tapi tangan tidak bisa diangkat. Mau mencoba berteriak,mulut serasa terkancing, Karena siang harinya ,saya baru selesai operasi. 

Kemana istri saya?  Selang beberapa  saat saya baru ingat ,karena tidak mendapatkan tempat di VIP jadi pasien tidak boleh ditemani oleh siapapun. Rasanya sedih banget terbaring sekarat di negeri orang dan tidak boleh ditemani keluarga. Tiba tiba seorang wanita sudah berdiri disampin saya, membungkukan tubuhnya dan bertanya "Mau minum?" Saya tidak mampu menjawab dan hanya bisa menganggukkan kepala. Maka wanita tersebut memberikan saya sesendok demi sesendok air kedalam mulut saya. Mendapatkan seteguk air disaat kita sangat membutuhkan sungguh terasa sangat bernilai.  Keesokan harinya saya baru tahu dari istri saya ketika waktu membesuk, bahwa wanita yang membantu memberikan air minum kepada saya adalah wanita yang menemani suaminya yang sekarat .

Sadar Diri dan Membuka Pintu Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun