Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menakar Kedewasaan Diri

9 Juni 2020   12:16 Diperbarui: 9 Juni 2020   14:20 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : bertagar.com

Sebuah Renungan 

Kapan seseorang dianggap sudah dewasa?  Secara biologis, kedewasaan seseorang diukur atau ditakar berdasarkan umur. Hal ini sesungguhnya tidak selalu tepat. Karena ada begitu banyak orang yang secara lahiriah, sudah dewasa, bahkan sudah hampir mencapai setengah abad tetapi tidak ditunjukkan dalam cara bersikap, berbicara dan berinteraksi dalam masyarakat. Tidak sedikit orang yang dalam usia yang secara biologis sudah lebih dari takaran dewasa, terbukti masih bersifat kekanak kanakan. Mudah emosi dan gampang  terbuai sanjungan 

Secara formal kalau sudah berusia 21 tahun untuk di Indonesia dan mungkin Malaysia  dianggap sudah dewasa secara hukum ,sedangkan  di Australia usia 18 tahun sudah dianggap dewasa. Salah satu buktinya setiap orang yang bisa membuktikan bahwa dirinya sudah berusia 18 tahun dan keatas, di Australia sudah berhak untuk masuk ke Casino  dan boleh membeli dan mengonsumsi minuman keras dan merokok. Lalu hingga saat ini diposisi mana kita berada ?

Menempatkan Diri Secara Tepat Dalam Pergaulan

Untuk membuktikan bahwa seseorang sudah dewasa secara umum, dapat dilihat dari sikapnya dalam pergaulan  yang tidak mengalami kegagapan dalam berinteraksi dengan lingkungan dimana ia hidup. Karena tidak sedikit orang yang sudah dewasa secara biologis ternyata merasa rendah diri dalam pergaulan. Rendah diri  adalah sikap yang tidak patut dicontoh. Karena sikap rendah diri menunjukkan  bahwa orang tidak percaya akan diri sendiri. Tidak berani untuk tampil dalam pergaulan dan lebih suka menyendiri.Karena merasa dirinya tidak ada apa apanya dibandingkan dengan orang lain. Bila orang tidak dapat menghargai dirinya sendiri, bagaimana mungkin mengharapkan orang lain akan menghargainya?

Namun menempatkan diri terlalu tinggi, juga akan mencerminkan kesombongan diri. Sehingga akan dijauhi orang dalam pergaulan. Karena itu, diperlukan sikap kedewasaan secara mental, dalam berinteraksi dengan sesama dalam perjalanan hidup kita.  Sehebat apapun diri atau sekaya apapun ,kita harus mau dan mampu menanggalkan semua atribut sehingga dapat berinteraksi dengan siapapun dalam hidup bermasyarakat tanpa beban.

Sikap dan Tutur Kata maupun Tulisan Kita Mencerminkan Diri kita 

Kedewasaan dalam cara berpikir, bersikap, berbicara dan menempatkan diri dalam masyarakat adalah sikap yang mendasari kebahagiaan dalam hidup kita: Karena dengan demikian, maka kita dapat bergaul dengan siapa saja tanpa beban baik sikap kita terhadap para pejabat dan orang penting, maupun sikap kita terhadap orang ,yang dari sudut pandang awam adalah dari kalangan masyarakat kelas bawah Sikap hidup ini akan menciptakan nilai nilai positif dalam diri kita Hidup tanpa beban tanpa menuntut orang lain,bagaimana harus bersikap terhadap diri kita, akan menghadirkan kedamaian didalam hati kita. 

Sehebat apapun diri kita atau sebanyak apapun harta yang dimilik mungkin bagi kita sebuah kebanggaan tapi bagi orang lain boleh jadi hanya setara uang recehan karena itu bila merasa diri dikarunai kelimpahan, maka bersyukurlah tapi jangan sampai menyebabkan kita mabuk  dan merasa diri kita adalah sosok yang harus dinomor satukan dimanapun berada.Karena sesungguhnya tanpa menuntut bagaimana orang harus bersikap terhadap diri kita setidaknya satu beban sudah terlepas dari diri kita. 

Semakin arif kita dalam memaknai hidup ini maka semakin bebas kita menikmati hidup ini tanpa beban. Nah, kalau hidup bisa dipermudah, mengapa kita harus mempersulit diri  sendiri? 

Hanya sebuah tulisan  kecil sebagai sarana contemplasi diri,dalam upaya menakar  diri sejauh mana kita sudah mencapai kedewaan diri lahir dan batin   Suatu hal yang mungkin tidak lagi populer di era digital ini,Tetapi tidak ada salahnya menuangkan sesuatu yang dirasakan ada manfaatnya bagi orang lain,melalui renungan diri ini

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun