Sebuah RenunganÂ
Kapan seseorang dianggap sudah dewasa?  Secara biologis, kedewasaan seseorang diukur atau ditakar berdasarkan umur. Hal ini sesungguhnya tidak selalu tepat. Karena ada begitu banyak orang yang secara lahiriah, sudah dewasa, bahkan sudah hampir mencapai setengah abad tetapi tidak ditunjukkan dalam cara bersikap, berbicara dan berinteraksi dalam masyarakat. Tidak sedikit orang yang dalam usia yang secara biologis sudah lebih dari takaran dewasa, terbukti masih bersifat kekanak kanakan. Mudah emosi dan gampang  terbuai sanjunganÂ
Secara formal kalau sudah berusia 21 tahun untuk di Indonesia dan mungkin Malaysia  dianggap sudah dewasa secara hukum ,sedangkan  di Australia usia 18 tahun sudah dianggap dewasa. Salah satu buktinya setiap orang yang bisa membuktikan bahwa dirinya sudah berusia 18 tahun dan keatas, di Australia sudah berhak untuk masuk ke Casino  dan boleh membeli dan mengonsumsi minuman keras dan merokok. Lalu hingga saat ini diposisi mana kita berada ?
Menempatkan Diri Secara Tepat Dalam Pergaulan
Untuk membuktikan bahwa seseorang sudah dewasa secara umum, dapat dilihat dari sikapnya dalam pergaulan  yang tidak mengalami kegagapan dalam berinteraksi dengan lingkungan dimana ia hidup. Karena tidak sedikit orang yang sudah dewasa secara biologis ternyata merasa rendah diri dalam pergaulan. Rendah diri  adalah sikap yang tidak patut dicontoh. Karena sikap rendah diri menunjukkan  bahwa orang tidak percaya akan diri sendiri. Tidak berani untuk tampil dalam pergaulan dan lebih suka menyendiri.Karena merasa dirinya tidak ada apa apanya dibandingkan dengan orang lain. Bila orang tidak dapat menghargai dirinya sendiri, bagaimana mungkin mengharapkan orang lain akan menghargainya?
Namun menempatkan diri terlalu tinggi, juga akan mencerminkan kesombongan diri. Sehingga akan dijauhi orang dalam pergaulan. Karena itu, diperlukan sikap kedewasaan secara mental, dalam berinteraksi dengan sesama dalam perjalanan hidup kita. Sehebat apapun diri atau sekaya apapun ,kita harus mau dan mampu menanggalkan semua atribut sehingga dapat berinteraksi dengan siapapun dalam hidup bermasyarakat tanpa beban.
Sikap dan Tutur Kata maupun Tulisan Kita Mencerminkan Diri kitaÂ
Kedewasaan dalam cara berpikir, bersikap, berbicara dan menempatkan diri dalam masyarakat adalah sikap yang mendasari kebahagiaan dalam hidup kita: Karena dengan demikian, maka kita dapat bergaul dengan siapa saja tanpa beban baik sikap kita terhadap para pejabat dan orang penting, maupun sikap kita terhadap orang ,yang dari sudut pandang awam adalah dari kalangan masyarakat kelas bawah Sikap hidup ini akan menciptakan nilai nilai positif dalam diri kita Hidup tanpa beban tanpa menuntut orang lain,bagaimana harus bersikap terhadap diri kita, akan menghadirkan kedamaian didalam hati kita.Â
Sehebat apapun diri kita atau sebanyak apapun harta yang dimilik mungkin bagi kita sebuah kebanggaan tapi bagi orang lain boleh jadi hanya setara uang recehan karena itu bila merasa diri dikarunai kelimpahan, maka bersyukurlah tapi jangan sampai menyebabkan kita mabuk  dan merasa diri kita adalah sosok yang harus dinomor satukan dimanapun berada.Karena sesungguhnya tanpa menuntut bagaimana orang harus bersikap terhadap diri kita setidaknya satu beban sudah terlepas dari diri kita.Â
Semakin arif kita dalam memaknai hidup ini maka semakin bebas kita menikmati hidup ini tanpa beban. Nah, kalau hidup bisa dipermudah, mengapa kita harus mempersulit diri  sendiri?Â
Hanya sebuah tulisan  kecil sebagai sarana contemplasi diri,dalam upaya menakar  diri sejauh mana kita sudah mencapai kedewaan diri lahir dan batin  Suatu hal yang mungkin tidak lagi populer di era digital ini,Tetapi tidak ada salahnya menuangkan sesuatu yang dirasakan ada manfaatnya bagi orang lain,melalui renungan diri ini
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H