Sebuah Tulisan Mampu Menembus Ribuan Kepala
Peribahasa yang mengatakan bahwa "Sekali berbohong, maka anda harus berbohong seribu kali lagi demi untuk menutupi kebohongan yang pertama" di era mileneal ini seakan merupakan pesan moral yang sudah basi dan dilupakan orang.Â
Saking ingin diri menjadi populer, tidak sedikit orang yang menulis apa saja yang dianggapnya dapat melambungkan namanya  kelangit ketujuh. Lupa bahwa sekali menuliskan kebohongan, maka ia akan menjadi abadi dan tidak akan pernah dapat di tarik kembali Ibarat anak panah lepas dari busurnya atau ibarat sebutir peluru sudah ditembakan  dari moncong senjata.
Bedanya kalau sebatang anak panah atau sebutir peluru hanya dapat menembus tubuh satu orang ,tapi sebuah tulisan dapat menembus ribuan kepala orang, Walaupun kita coba menghapus dengan menekan tombol:"delete:" pada tulisan kita yang sudah terlanjur terpublish,tapi tidak mungkin menghapus yang sudah di save orang lain.Â
Dalam hal positif, kemajuan tehnologi dibidang digital telah mampu menyebarkan berita di dunia yakni lewat tehnologi terkini dalam sekejap sebuah berita tentang berbagai peristiwa hanya dengan mengerakkan satu jari kita saja untuk menekan tombol "Publish", maka dunia sudah mengetahuinya.
Sisi negatifnya seperti sudah dijelaskan diatas adalah apabila dalam menulis, entah sadar atau hanya terpeleset dalam menuliskan kata kata, terbungkus sebuah kebohongan, maka kendati kita bisa menghapus artikel yang sudah ditayangkan namun yang sudah terlanjur di sharing kan via facebook, google, twittter dan sebagainya sudah tidak lagi mungkin dikejar.
Bagaimana Perasaan Bila Kebohongan Kita Terungkap?
Rasanya tidak mampu kita membayangkan seandainya dalam pertemuan Reuni teman teman semasa di SMA atau pertemuan dengan teman teman lama, ada yang menanyakan suatu hal pada kita dan ternyata jawaban yang diberikan berbeda dengan apa yang pernah kita tulis dalam artikel kita?Â
Karena itu alangkah eloknya, kita mampu mengontrol diri agar jangan pernah sekalipun menuliskan hal hal yang berisi kebohongan karena akan menjadi beban batin bagi kita sepanjang hayat.
Saya pernah menuliskan tentang  Parkir Liar di Tanah Abang dengan judul "Lagi Gara-gara Ahok (Bukan Hoax)"  yang ditayangkan di Kompasiana pada tanggal 10 November 2016 dan tidak mendapat label dari Admin, tapi dibaca oleh 40.414 orang dan yang dalam waktu singkat menjadi viral dan di tulis ulang oleh Kompas com, liputan 6 com, tribunenews dan sebagainya. Â
Saya langsung dihubungi oleh Petugas Dishub yang bertugas di Biro Hukum Dishub telah menelpon secara langsung menanyakan pada saya, apakah saya mempunyai bukti tentang hal yang saya tuliskan di Kompasiana? Saya bersyukur secarik kertas parkit tersebut saya simpan dengan baik sebagai bukti. Kalau saya tidak menyimpan bukti tertulis, maka bisa bisa saya yang dipolisikan
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi para penulis, sekedar mengingatkan agar sebelum jemari menekan tombol "publish "pastikan bahwa yang kita tulis adalah hal yang benar dan tidak mengandung berita bohong
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H