Jangan Menjadi Orang yang Bermental Kerupuk
Menyamakan manusia dengan sepotong besi,tentu merupakan suatu hal yang sangat naif. Tetapi adakalanya orang lebih mudah memahami bila mendapatkan analogi yang sangat sederhana untuk memahami arti dan makna hidup. Tidak selalu kata kata lemah lembut ataupun kotbah yang menyejukan hati serta mampu meninabobokan orang dapat membangunkan orang dari mimpi buruk kehidupan.
Terkadang harus dibangunkan dengan suatu sentakan yang mungkin terasa kasar dan menyakitkan. Ibarat orang yang menderita gangguan kesehatan dan berobat ke rumah sakit, di sana tidak akan dielus-elus atau dininabobokan, melainkan ditusuk dengan jarum suntik yang jelas akan terasa perih.Tapi melalui suntikan inilah orang diharapkan akan sembuh dari gangguan kesehatan yang sedang dialaminya.
Begitu juga ilustrasi yang melukiskan orang ibarat sepotong besi adalah untuk menggambarkan agar sepotong besi bisa berubah menjadi sesuatu yang berharga, maka harus dibakar dan kemudian ditempa dengan jalan dipukul berulang kali. Sehingga dari sepotong besi, berubah menjadi sebilah keris atau sebuah pisau yang memiliki nilai jual yang tinggi. Bila di jalanan orang menemukan sepotong besi berkarat, jangankan berniat untuk memungutnya, malahan melihatnya saja mungkin sudah jijik.
Kembali ke Judul
Karena itu, dalam menjalani hidup, setiap orang harus siap untuk ditempa oleh kehidupan agar jangan tumbuh menjadi sosok manusia yang bermental rapuh. Begitu menghadapi masalah langsung putus asa dan bunuh diri. Dari orang tua yang bermental krupuk mustahil diharapkan akan lahir kelak anak-anak yang bemental baja.
Dari orang tua yang bermental krupuk, kelak akan lahir "anak-anak mami" yang sama sekali tidak memiliki daya juang menghadapi berbagai masalah hidup. Jadi bagaimana nasib anak-anak kita kelak tidak terlepas dari peran orang tua dalam memberikan contoh teladan dalam kehidupan sejak anak-anak masih kecil.
Jangan lupa, bahwa anak-anak akan merekam apa saja yang mereka alami sejak masa kecil dan kelak akan menjadi bagian dari perangainya ketika menjadi dewasa.
Sebagai contoh, sebagai orang yang terlahir dari keluarga miskin dan dididik dengan disiplin keras, maka ketika saya menghadapi badai dan gelombang kehidupan, saya jalani dengan tabah. Antara lain saya pernah menjadi:
- kuli di pabrik karet di pinggiran kota Medan
- jadi kuli bongkar muat
- jadi penjual kelapa parut di pasarÂ
- Jalani Hidup Dengan Tabah
- Fokus dan jangan Goyah
Karena itu dalam menjalani hidup, tetaplah fokus pada tujuan, jangan pernah goyah  Ada kalimat yang selalu saya ingat,
"Jangan pernah berharap akan sukses bila tidak punya keberanian menghadapi kegagalan"
Dan bukan hanya  sekali gagal terus sukses, tapi berkali-lagi jatuh bangun dalam perjalanan hidup. Hadapilah semua masalah dengan tabah dan tegar, jangan lupa, sepotong besi yang tidak ditempa hanya akan menjadi sepotong besi karatan tak berharga.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H