Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Pernah Menyerah Menghadapi Ujian Hidup

14 April 2020   08:07 Diperbarui: 14 April 2020   08:55 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi tjiptadinata effendi

Percayalah di Mana Ada Kemauan, Pasti Akan Ada Jalan

Positif thinking atau selalu berpikiran positif tentu saja mutlak dibutuhkan bila kita ingin meraih cita-cita hidup kita. Karena positif thinking akan melahirkan rasa optimisme dalam diri kita. Rasa optimisme akan menghadirkan energi postif dalam membangun masa depan kita. 

Saya jadi ingat akan pesan pak Jokowi sewaktu mendapatkan kesempatan makan bersama di Istana. Sejujurnya, yang diundang itu bukan saya dan isteri secara pribadi, melainkan Kompasiana sebagai sebuah komunitas penulis. Kami beruntung, pada masa itu Kompasiana di bawah pimpinan Pepih Nugraha dan mas Isjet, kami diikut sertakan dalam undangan makan siang bersama Jokowi di istana. Jadi kalau saya bilang, "Saya diundang makan siang oleh pak Jokowi," rasanya lucu banget dan menyebalkan. Emangnya saya ini siapa? 

Nah, pada waktu acara makan siang tersebut, kembali saya beruntung, karena oleh mas Isjet dan mas Nurul, saya diberikan kehormatan duduk semeja dengan pak Jokowi. Jarak saya dengan pak Jokowi hanya sekitar 20 centimeter karena pada waktu itu belum ada aturan social distancing ataupun phsycal distancing. Saya semeja dengan para Petinggi dari Kompas Grup yang saya tidak ingat lagi namanya. Nah, setelah ngobrol sana sini pak Jokowi mengatakan kepada saya, "Pak, tolong sampaikan kepada teman-teman, tuliskan hal-hal yang bersifat optimisme, yang membangun semangat. Jangan tulis 'Ekonomi Indonesia anjlok'. Saya anti kata-kata, 'anjlok'". 

Kembali ke Judul

Mengapa optimisme itu begitu penting dalam hidup kita? Karena tanpa adanya optimisme dalam diri, maka semangat juang kita dalam upaya mewujudkan berbagai impian hidup kita gampang menyurut, rapuh dan hancur berkeping-keping, sehingga impian tetap tinggal impian belaka.

Optimisme menghadirkan tekad bahwa tidak ada kata "menyerah" dalam hati kita. Yakin bahwa seberat apapun ujian hidup yang kelak akan menghadang, kita yakin pasti akan mampu melaluinya dengan selamat hingga tiba di pulau impian kita.

Dengan modal optimisme dalam diri, maka kita akan mampu menembus dinding ketidakmungkinan. Pada waktu hidup kami masih morat marit dan saya mengatakan bahwa cita-cita saya adalah menyekolahkan anak anak keluar negeri, langsung saya jadi bahan olok-olokan. Saya dibilang mungkin sudah tidak waras lagi, saking susahnya hidup. Masa iya orang yang untuk makan siang saja harus ngebon sebungkus nasi ramas berani bermimpi mau menyekolahkan anak anak keluar negeri? Yang benar aja!

Tapi saya yakin, "one day, all my dreams will became true". Suatu waktu semua impian saya akan menjadi nyata dan bersyukur kepada Tuhan, didukung sepenuhnya oleh istri tercinta setelah menjalan masa masa keterpurukan selama tujuh tahun. Maka dari anak seorang Kusir Bendi, saya mampu mengubah nasib kami, dari penjual kelapa di pasar menjadi seorang Eksportir. 

Jangan Pernah Menyerah

Tulisan ini bukanlah pamer diri secara terselubung, tapi hanya ingin memotivasi orang orang yang masih harus merangkak mulai dari nol besar.

Beranilah untuk bermimpi besar. Yakin, kerja keras dan jangan pernah menyerah, serta tentu jangan lupa berdoa. Suatu waktu, semua impian akan menjadi nyata. 

Meraih impian tidaklah semudah membalik telapak tangan,bahkan juga tidak semudah membalik telapak kaki. Tapi seperti kata peribahasa, "Where there is a will, there is a way. Di mana ada kemauan, pasti di sana ada jalan!"

Secara pribadi,kami sudah membuktikannya. Ketiga anak kami melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Dari orang yang untuk biaya berobat anak saja harus menjual cincin kawin, kelak kami sudah mengelilingi dunia. Dan dihari tua, kami berdua dapat menikmati hidup damai dalam kasih sayang anak mantu dan cucu-cucu, serta mantu cucu di Australia.

Tjipatadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun