Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panik Corona Orang Jadi Beringas! Mengapa Bisa Begitu?

26 Maret 2020   08:29 Diperbarui: 26 Maret 2020   08:33 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal Seharusnya Manusia Bersatu Hadapi Ancaman Global

Menyaksikan beragam reaksi orang dalam menghadapi ancaman global Covid -19,secara nyata terjadi di depan mata kepala,sungguh menyebabkan rasa miris. Orang orang yang biasanya sangat santun dan ramah,secara tiba tiba saja,bagaikan kerasukan roh jahat. Keramahan dan kesantunan yang selama belasan tahun kami saksikan setiap hari dalam berinteraksi dengan lingkungan,tiba tiba saja berubah total.Orang orang saling berebutan,seakan dunia segera akan kiamat.

Bahkan di tempat lain, terekam oleh video,betapa emak emak begitu tega ,saling jambak dan saling cakar,bukan karena rebutan pria ganteng dan kaya raya,tapi hanya rebutan kertas  hanya untuk (maaf) membersihkan anus..Luar biasa memalukan,bagi kita yang menyaksikan video tersebut,seperti di langsir abc.net.au

Pokoknya Trolley Terisi Penuh

Saya dan isteri ikut berbelanja kebutuhan dapur,tapi sama sekali tidak ikut main borong kertas toilet. Kami hanya beli  Indomie dan satu zak beras isi 10 kg dan telur 2 lusin,yang pada waktu itu masih diperbolehkan  Kami saksikan,beberapa orang mengisi trolleynya dengan barang makanan apap saja,yang penting,trolley terisi penuh. Tapi ternyata ketika akan membayar ,ditahan dan hanya diperbolehkan berbelanja secara terbatas.

Walaupun sudah dijaga ketat,tapi saking banyaknya yang datang berbelanja,maka dalam waktu singkat seluruh rak kertas toilet,rak daging dan rak makanan kaleng ,serta makanan beku kosong dan tak tersisa apapun,selain dari kardus bekas.

Kemudian diberlakukan sistem pembatasan ,yakni maksimal hanya boleh beli 2  potong atau dua bungkus barang . Ternyata masih ada yang nekat membeli lebih dan mencoba mencari jalan lain,yakni membayar melalu mesin pembayaran Self Service. Tapi ternyata ,mesin sudah diprogram dan lampu merah menyala,serta Petugas Sekuriti Supermarket datang dan  menjelaskan bahwa maksimal hanya boleh 2 potong per jenis

Wanita Ini Sampai Diborgol Polisi

Seorang wanita yang mengenakan masker , telah ditangkap di luar Woolworths,karena melawan petugas supermarket,yang tidak mau melayaninya,karena melanggar ketentuan maksimal pembelian barang.Karena tidak ingin ada keributan,maka karyawan Woolworth menelpon Polisi. 

Oleh Petugas Polisi yang datang,wanita ini diminta untuk meninggalkan Woolworth,tapi bukannya patuh,malah ia melawan Polisi
Sehingga akhirnya di borgol dan dibawa ke kantor Polisi  setempat.Dari tampangnya yang tampak di video,wanita ini bukan orang terlantar dan juga bukan orang miskin,tapi mengapa mau berlaku seperti itu,sehingga akhirnya mempermalukan diri sendiri dan keluarganya,karena dibawa paksa Polisi dengan tangan diborgol?

Tak terbayangkan apa lagi yang akan terjadi,bila kepanikan yang mencekam ini,masih terus berlangsung. Karena tak seorangpun tahu atau dapat memastikan ,bahwa shutdown atau lockdown ini akan berakhir dalam 14 hari kedepan. Semoga kita semua mampu mengontrol diri dan jangan sampai ikut larut menjadi histeris ,serta melakukan hal hal yang memalukan. Karena satu orang yang melakukan,maka seluruh anggota keluarga akan ikut kena getahnya.Apalagi bila seperti wanita yang tampak pada gambar, video penangkapannya menjadi viral dalam hitungan detik.

sumber bacaaan : abc,net,au dan daily.mail.uk.com

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun