Di saat Masyarakat Dilanda Panic Buying
Sejak heboh mengenai Pandemi Covid-19, kentara benar bahwa "something wrong" dalam sikap manusia pada umumnya. Kalau orang terjangkit penyakit rabies, maka pasien yang sakit bisa mengamuk, bahkan bisa bertingkah laku sebagai seekor anjing galak.
Begitu juga bila ada orang yang terkena gangguan kejiwaan, bisa saja mengamuk, melukai diri sendiri, bahkan melukai orang lain, karena tidak sadar atas apa yang dilakukannya.Â
Tapi kali ini tampak ada sesuatu yang sangat berbeda, yakni pasien yang terjangkit Covid-19. Tampak tidak berdaya dan tergolek di rumah sakit, di bawah pengawasan tim medis.Â
Justru orang orang yang sama sekali tidak terkontaminasi, menunjukan sikap yang aneh, bahkan menjadi beringas. Komunitas yang biasanya sangat santun dan mendahulukan anak-anak serta para orangtua, tiba-tiba saja kehilangan jati diri dan memporak-porandakan tata krama dan kesantunan yang selama belasan tahun menjadi ciri khas masyarakat di sini.Â
Seperti dilansir oleh abc.news,au, seorang gadis kecil berusia 11 tahun yang datang ke salah satu supermarket untuk berbelanja kebutuhan hidupnya, bukannya diberikan kesempatan, malah didorong hingga terpisah dari ibunya dan terjatuh. Menangis di lantai, karena lututnya sakit, tapi tak seorangpun merasa tergugah hatinya untuk menolong.
Masih dari sumber yang sama, para orangtua menunggu selama hampir dua jam di depan supermarket Woolworth untuk bisa berbelanja, tapi bukannya diberikan kesempatan seperti biasanya, tapi malahan ketika tiba giliran dapat masuk ke supermarket ,yang dijumpainya hanyalah rak kosong. Bukan hanya rak kertas toilet dan tissue, tapi juga rak daging dan rak makanan beku. Sehingga mereka pulang dengan tangan hampa.
Untuk mengatasi kondisi yang tak terkendali ini, maka bukan hanya Coles dan Woolworth, serta Aldy yang merupakan supermarket jumbo, tapi semua market lainnya menempelkan di dinding rak bahwa setiap customer hanya dibolehkan membeli maksimum 2 potong/bungkus barang, sesuai dalam daftar.
Tetapi, kami saksikan sendiri bahwa masih ada yang mencoba mencari jalan pintas, yakni mengambil barang lebih banyak dan mencoba "mengakali" dengan cara membayar melalui Self Service Machine. Tapi ternyata lampu merah menyala dan pembayaran ditolak, bahkan ditegur dengan keras oleh sekuriti dari supermarket.