Dapat Menyebabkan Orang Terjerumus Ikut Panik
Minggu lalu kami masih bisa ketawa karena merasa lucu menyaksikan orang Australia main borong kertas toilet. Tapi tadi ketika bermaksud berbelanja di Woolworth, salah satu supermarket jumbo yang lokasinya hanya 5 menit berkendara dari kediaman kami, ketawa dan senyum kami terhenti total.
Masalah rak paper toilet kosong, ya masa bodohlah. Sebagai orang Indonesia, bukan kertas toilet yang kami butuhkan, melainkan beras dan indomie.
Tapi saat mata memandang, seluruh rak kosong-melompong, sungguh bagaikan mimpi di siang bolong.
Rasa tidak percaya akan pandangan mata saya dan istri berjalan mendekati rak daging, tapi memang nyata semuanya kosong. Baik rak daging sapi, babi dan domba, sama sekali tidak bersisa sepotong pun.
Tapi jawabannya, "Sorry, all is finished", sambil memandangi kami dengan wajah kasihan .
Kami melangkah menuju ke rak makanan beku yakni yang biasanya menyimpan aneka ragam sayuran yang dibekukan, seperti buncis, brokoli, butiran jagung, dan lain lainnya. Kami berpikir, nggak makan daging ya tidak masalah, sayuran juga boleh.
Tetapi ternyata rak makanan beku ini juga kosong, seperti tampak pada gambar.Â
Bukan hanya kami berdua yang seperti orang bengong celingak-celinguk mencari-cari, siapa tahu ada sebungkus-dua bungkus yang tersisa, tapi juga beberapa orang yang lain juga tampak demikian, yang akhirnya hanya bisa pasrah dan mengambil apa saja yang bisa dijadikan bahan untuk memasak.
Kentara benar, betapa dahsyatnya efek psikologis dari gempuran Covid -19, seakan akan terjadi perang dunia ketiga sehingga orang berebutan memborong barang makanan. Baik yang segar maupun yang dibekukan.
Tampaknya bagi mereka, yang penting trolley yang membawa barang belanjaan mereka jangan sampai kosong.
Hmm kami melanjutkan mengitari ruang supermarket ini dengan bermaksud membeli beras dan minyak goreng dan kebutuhan dapur lainnya. Tapi lagi-lagi kami kaget, karena ternyata rak ini juga kosong.
Syukur,minggu lalu kami sudah membeli dua kardus indomie dan beras satu zak isi 10 kg. Maka untuk menghibur hati, kami beli biskuit, makanan kaleng dan gula pasir serta spagetti kering. Sehingga, in case of emergency, masih bisa dimasak, tidak sampai kelaparan.
Tampak setidaknya ada tiga trolley sarat dengan bungkusan daging dan makanan beku, yang ditolak oleh Kasir yang bertugas, serta disarankan agar jangan main borong, karena masih banyak calon pembeli lain yang membutuhkan.
Apakah pembeli mau mendengarkan saran ini atau tidak, kami tidak sempat memperhatikan karena di belakang kami antrean sudah panjang.
Tak terbayangkan sebelumnya bahwa efek psikologis dari covid-19 begitu dahsyat. Awalnya orang hanya berburu paper toilet, tapi entah kerasukan apa, tiba-tiba saja berubah arah menyerang rak daging dan makanan beku. Sehingga kosong hingga ketitik zero.
Baru kali saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri serta merasakan betapa dahsyatnya efek kepanikan virus corona terhadap ketahanan mental masyarakat.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H