Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tidak Siap Melawan Badai? Jangan Berlayar di Samudra

13 Maret 2020   19:03 Diperbarui: 15 Maret 2020   05:40 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: steemit.com

Karena Sekali Perahu Melaut, Sudah Harus Siap Hadapi Gelombang dan Badai

Kegagalan demi kegagalan yang ditemukan dalam alih profesi, biasanya disebabkan orang terpukau akan hasil akhir. Sebagai contoh aktual. 

Beberapa orang dari generasi di bawah saya, menyaksikan bahwa dengan alih profesi dari guru SD dan kemudian guru SMP, kelak saya alih profesi menjadi Pengusaha dan berhasil.

Walaupun jauh dari sebutan kaya, tapi untuk ukuran di kampung halaman saya, pada tahun 80 an, bila sudah bisa beli rumah permanen dan punya sedan baru, dan punya usaha yang mantap, maka dianggap sebagai orang sukses. 

Maka terobsesi hanya dengan melihat hasil akhir, banyak yang juga ingin untuk ikut alih profesi. Baik yang awalnya guru maupun karyawan tentu saja setiap orang berhak memutuskan untuk alih profesi, walaupun saya sudah menjelaskan, bahwa semua yang berhasil kami capai butuh waktu bertahun tahun.

Banyak bergelimang keringat dan air mata, Tapi masing-masing orang berhak menentukan jalan hidupnya dan tak seorangpun berhak untuk menghalangi, apalagi saya sebagai sebatas sahabat.

Rata-rata Mengalami Kegagalan

Tidak menunggu waktu lama, hanya selang dua tahun sejak beberapa orang teman-teman saya yang awalnya juga berprofesi sebagai guru dan karyawan ternyata mengalami kegagalan. 

Kehilangan pekerjaan dan semua uang tabungan, serta masih ada hutang yang menumpuk akibat kesalahan dalam manajemen. Sungguh sangat menyedihkan dan rata-rata langsung putus asa dan menyerah. Ibarat nasi yang sudah keburu hangus, ya mau diapakan lagi selain dari menerima nasib dan mengawali hidup dari mulai nol besar lagi.

Siap Mental Hadapi Segala Tantangan

Tapi bila orang sudah memahami, segala risiko yang akan dihadapi, maka kegagalan demi kegagalan justru membuat semangatnya semakin menggebu gebu.

Tipe orang seperti ini tak pernah mengenal kata: "patah hati" atau putus asa karena mereka sejak awal tidak terpukau pada hasil akhir.

Berhasil atau tidak dalam upaya mencapai goal dalam kehidupan tidak menjadi pangkal kerisauan hati karena mereka memahami bahwa tugas manusia adalah berusaha dengan kerja keras dan cermat.

Sedangkan berhasil atau tidaknya adalah takdir. Dalam bahasa Inggris dikenal "Do your best and let God do the rest".

Dalam Dunia Usaha Banyak Pernak Pernik yang Tidak Pernah Diajarkan di Bangku Kuliah

Bagi yang tipe orang yang ingin hidup tentram dan mampu berbahagia dengan apa yang sudah ada, maka jalan terbaik adalah menjadi karyawan, 

Apakah menjadi guru atau menjadi PNS serta karyawan swasta, mungkin merupakan pekerjaan yang paling ideal. Karena setiap bulan sudah pasti ada gaji yang akan diterima. Dan bila cuti atau liburan, maupun sakit, gaji tetap ada, sehingga tidak perlu risau.

Tapi bagi yang mempunyai impian untuk suatu waktu memiliki rumah permanen dan kendaraan pribadi serta mungkin ketika liburan jalan-jalan ke luar negeri bersama keluarga, maka tentu impian ini akan tetap jadi impian bila tetap: "makan gaji".

Tetapi risikonya sudah diuraikan di atas adalah ibarat orang yang sudah siap mengayuh perahunya menuju ke samudera lepas. Karena dalam kenyataan hidup, ada banyak hal yang tidak pernah tersentuh sewaktu masih duduk di bangku kuliah. Bahkan, lulusan luar negeri dengan predikat magna cumlaude, bukanlah jaminan akan pasti berhasil di dunia bisnis.

Karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk resign pikirlah dengan matang, jangan tanya kepada orang lain, tapi tanyalah kepada diri masing masing.

"Sudah siapkah mental kita menghadapi gelombang dan badai kehidupan? ", Kalau ragu dalam menjawab, maka perlu direnungkan lebih mendalam.

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun