Mengubah Kekurangan Diri Menjadi Kekuatan
Sesungguhnya setiap orang memiliki kelebihan tapi juga sekaligus kekurangan ataupun kelemahan diri. Mau diakui ataupun tidak, tapi faktanya ,tidak ada orang di dunia ini,sehebat apapun dirinya atau setinggi apapun jenjang pendidikan yang berhasil diraihnya, tidak ada yang sempurna. Nah,daripada menghitung kekurangan orang lain,mengapa tidak mulai dengan menata kekurangan diri sendiri? Dibidang apapun,termasuk diantaranya di ruang tulis menulis.
Kalau bagi saya pribadi, ada begitu banyak kelemahan saya dalam bidang tulis menulis.Selain dari sering salah keteteran dalam mengupgrade diri dalam tata bahasa Indonesia sesuai dengan EJD, masih banyak kekurangan lainnya. Antara lain,saya tidak mampu menulis tentang:
- musik
- sepak bola
- model
- puisiÂ
- cerpen
- film
- teknologi
- politik
- selebritis
- dan seterusnya
Memanfaatkan Peluang Sekecil Apapun
Bila orang merasa dirinya sudah sempurna,serba bisa ,serba tahu dalam segala hal,maka berarti peluang bagi dirinya untuk belajar sudah tertutup. Karena orang yang sudah merasa tahu segala galanya,tentu sama sekali tidak tertarik untuk belajar.Sebaliknya, memahami begitu banyak kelemahan , justru merupakan peluang emas agar dapat memperbaikinya dengan membuka diri untuk mau belajar,bagaimana kiat kiat dalam menghadapi berbagai kekurangan diri.Â
Kalau saya memaksa diri,agar tidak ketinggalan dari teman teman lainnya,dengan menulis topik yang sama sekali tidak dikuasai,maka sudah dapat dipastikan,tulisan yang dihasilkan hanya akan jadi bahan tertawaan orang yang membacanya. Ibarat orang tidak bisa menyanyi diminta naik panggung untuk menyanyi,maka hasilnya yang  akan jadi tontonan  lawakan ,bukan mendengarkan lagu yang dinyanyikan
Memahami tidak memiliki kemampuan untuk menulis topik seperti disebutkan diatas,maka saya memilih menulis dengan gaya seorang kakek bercerita kepada cucu cucunya. Walaupun konsekuensinya, peluang agar tulisan saya mendapatkan tempat di HL tertutup rapat rapat,karena tidak memenuhi kriteria,bagi saya adalah pilihan terbaik,ketimbang saya hanya menjadi Silent ReaderÂ
Memotivasi Diri Sendiri
Untuk memotivasi diri,saya mengacu pada beberapa tulisan saya yang di jadikan referensi  ,di  berbagai media lainnya,seperti misalnya di share di :
- tribun news
- liputan 6 com
- bangka post
- 9 Breaking News
- Info Pengusaha Muslim
- dan seterusnya
Hal mungkin bagi orang lain hanya merupakan masalah sepele.tapi bagi diri pribadi,sangat bermakna sebagai cara saya memotivasi diri untuk jangan berhenti menulis,hanya karena keterbatasan diri ,memilih topik tulisan  Karena ,ternyata tulisan saya ,walaupun intinya cuma itu ke itu juga,tapi ternyata masih ada manfaatnya bagi orang lain.
Dengan memotivasi diri,saya mampu bertahan terus menulis sejak dari Oktober 2012 hingga saat ini,Walaupun sejujurnya sempat terpikir sejenak :"Apakah sudah waktunya saya berhenti menulis,agar jangan sampai mempermalukan diri sendiri dan keluarga?" Tapi bersyukur, semua teman teman Kompasianers telah menyuntikan semangat ,agar jangan berhenti menulis.Â
Ini salah satu bukti,bahwa orang tua yang kata orang sudah kenyang makan asam garam dan merasakan pahit getirnya hidup,seakan sudah menjadi baja tak tergoyahkan.Buktinya ,dalam usia melangkah ke angka 77 tahun,saya sempat goyah dan tergoda untuk menyimpan laptop saya.
Hanya sebuah renungan di pagi ini,bahwa menekuni dunia tulis menulis secara konsisten selama 7 tahun,tidak selalu berjalan mulus.Ada banyak godaan dan tantangan.Namun bersyukur,saya masih kuat melaluinya dengan selamat ,berkat dukungan sahabat Kompasianers saya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H