Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlalu Banyak Bicara hingga Tak Ada Waktu Berkarya

7 Maret 2020   13:00 Diperbarui: 7 Maret 2020   13:08 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: suar.grid.id

Jangan Seperti Ayam Jantan,Yang Hanya Bisa Tebar Pesona

Menyamakan manusia dengan ayam,tentu merupakan hal yang sangat naif dan keterlaluan. Tapi kalau sekedar menjadikannya sebagai sebuah ilustrasi agar mudah dipahami,rasanya tidak menyinggung siapapun,karena Penulis artikel ini juga adalah satu dari sekian miliar makluk yang bernama manusia.

Kalau sesekal ada waktu,coba kita saksikan kehidupan ayam jantan,subuh sudah dengan bangga mengepakan sayapnya dan berkokok berulang ulang kali. Kemudian berjalan dengan kepala tegak dan tebar pesona didepan kumpulan ayam ayam betina. 

Tapi dalam sejarah ,belum pernah tercatat ada ayam jantan yang menghasilkan telur. Dan tidak pernah mengurusi anak anak yang terlahir akibat tindakan dirinya terhadap ayam ayam betina.,Yang mengerami telur selama 21 hari adalah ayam betina. Mereka rela puasa ,selama mengeram dan hanya mampu meninggalkan beberapa saat telur yang sedang dierami,mematuk apa saja yang mungkin bisa dimakan dan kemudian bergegas mengerami telur telurnya,agar tetap hangat dan tidak diganggu siapapun.

Ayam Betina Siap Mati Demi Anak Anaknya

Cobalah masuk ke kandang ayam yang sedang mengerami telurnya. Maka walaupun tahu bahwa ia tidak mungkin melawan manusia,namun ayam betina siap mempertaruhkan nyawanya,demi anak anaknya yang akan lahir. Mengeluarkan suara yang mirip menggeram dan  kalau masih nekad mendekat,maka jangan salahkan bila tangan kita dihadiahkan dengan patukan dari paruhnya yang tajam.

Setelah 21 hari mengerami telurnya,tampak wajah induk ayam ini pucat pasi,karena kurang makan dan tidak terkena sinar mentari. Ia menjaga anak anaknya yang baru menetas dan siap mematuk siapapun yang dianggapnya bisa membahayakan anak anaknya.

Bahkan induk ayam sama sekali tidak takut pada seekor anjing yang mendekati anak anaknya. Ia siap mempertaruhkan nyawanya, demi anak anak yang dicintainya.Sementara itu kita saksikan ayam jantan yang seharusnya membela anak anak dan betinanya,malah lari terbirit birit.

Kilas Balik Dalam Kehidupan Kita

Universitas yang paling lengkap di dunia ini adalah University of Life,yang terbuka bagi siapa saja dan buka 24 jam ,tanpa limit waktu. Salah satu cara untuk belajar adalah mengambil hikmah dari berbagai kejadian,dari siapapun dan dari apapun ,salah satunya dari kehidupan ayam .Agar jangan sampai kita meniru prilaku ayam jantan,yang hanya bisa tebar pesona,bergaya sana sini ,tapi sama sekali tidak menghasilkan apa apa dalam hidupnya.

Selain hal itu, ayam jantan bukan tipe seorang "ayah" yang patut dijadikan contoh,karena sifatnya yang hanya mau tebar pesona,dikagumi ,namun ketika tiba waktunya ,untuk ikut bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya pada ayam betina,malah ia lari terbirit birit ,bila ada bahaya yang mengancam keluarganya .

Jadi tidak salah ada pribahasa yang mengatakan:"Belajar sejak dari buaian ,hingga keliang lahat" .Karena ada begitu banyak kekurangan diri yang harus diperbaiki,dengan cara belajar tanpa akhir.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun