Sehingga, anak-anak sepulang dari sekolah terus masuk ke kamar masing-masing. Mereka tidak lagi berani mengajak teman-teman sekolah untuk belajar bersama di rumah.
"Home sweet home", sebagaimana dambaan dari seluruh keluarga kecil berubah hanya menjadi tempat bertapa.Â
Hingga suatu malam, saya memandangi istri saya yang tidur kelelahan dengan wajah pucat dan tubuh kurus.
Tiba-tiba saya baru sadar, kok, tega amat saya membiarkan istri saya memikul semua beban keluarga, sedangkan saya hanya berdiam diri, mabuk kehilangan uang dalam jumlah besar?
Tanpa sadar, air mata saya jatuh menetes di wajah istri saya dan terbangun. Saya memeluknya dengan menangis.
Dan sejak saat itu, "roh jahat" yang menguasai diri saya selama berbulan-bulan, raib dan saya kembali kepribadian awal.
Kebekuan komunikasi dalam keluarga mencair. Saya peluk ketiga anak kami dan minta maaf. Kami saling berangkulan dan sejak saat itu, rumah kami kembali menjadi home sweet home.
Saya baru sadar bahwa begitu dahsyatnya peran komunikasi dalam rumah tangga.
Begitu komunikasi terputus, maka rumah berubah dari home sweet home menjadi bagaikan neraka bagi seluruh anggota keluarga
Tjiptadinata Effendi