Terjadi di India, 68 Siswi Dipaksa Guru Melepas PakaianÂ
More than 60 young women at a school in India have said they were forced to strip and show their underpants to teachers in order to prove that they were not on their period. (sumber)
Apa yang terjadi di India memang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kita, tapi karena menyangkut dunia pendidikan maka rasanya perlu menjadi perhatian kita semuanya. Apalagi dengan berita tentang guru memukul siswa, seperti yang menjadi viral belakangan ini. Antara lain:
Idiyanto, guru SMAN 12 Bekasi memukul anak muridnya di tengah lapangan lantaran terlambat datang ke sekolah. Kejadian itu direkam salah satu siswa lalu diunggah oleh mantan siswa ke akun Facebook hingga viral. Dalam video tersebut tampak sang guru memukul pundak dan kepala dua anak muridnya beberapa kali.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nasib Guru Pukul Murid di SMAN 12 Bekasi, Dibela Anak Didik tapi Berujung Dimutasi"
Hal ini telah menimbulkan pro dan kontra yang tampak saling lempar opini dalam masyarakat yang tersebar di berbagai media sosial maupun WA dan blog pribadi. Ada yang membela guru dan ada yang mengutuk karena telah melakukan aksi kekerasan terhadap anak didiknya.Â
Sementara itu ada yang membela pihak guru karena ada siswa yang memukul guru, bahkan ada orang tua murid yang mengejar guru dengan parang dan tombak.
Sehingga tak dapat dipungkiri, bahwa apa yang terjadi di sekolah telah menimbulkan dampak perpecahan dalam masyarakat luas antara yang membenarkan adanya tindak kekerasan dengan alasan niat baik untuk mendidik, tapi dilain pihak dengan tegas menyatakan bahwa di sekolah tidak boleh terjadi tindak kekerasan atas nama apapun.
Apakah Kita Berada di Pihak Penonton?
Terus menyaksikan adegan yang bagaikan film laga di layar lebar yang pelakunya adalah dua pihak yang saling terkait dalam dunia pendidikan, yakni guru dan murid. Apakah kita hanya berada di pihak sebagai penonton? Tentu saja bukan semacam ini yang diharapkan.
Karena walaupun semua kejadian tidak berhubungan langsung dengan anak cucu dan keluarga kita, tapi setidaknya menjadi alarm bagi kita semuanya, bahwa apa yang terjadi atas diri orang lain bukan tidak mungkin suatu waktu bisa saja terjadi pada salah satu keluarga kita. Baik sebagai pihak korban aksi pemukulan atau sebaliknya, malah sebagai pihak yang melakukan aksi kekerasan dalam dunia pendidikan,
Apalagi sampai kejadian seperti di India. Walaupun yang memerintahkan para siswi untuk melepas semua pakaian dalamnya, tapi sungguh sangat memalukan dan meremukkan harkat diri dari para siswi tersebut.
Urusan di India biarlah menjadi urusan pemerintah dan masyarakat di India, tapi alangkah bijaknya bila kita jangan sampai berdiri terpaku bagaikan penonton pertandingan sepak bola.
Setidaknya kita mulai dari keluarga kita agar jangan sampai terjerumus ikut ambil bagian dari aksi kekerasan dan aksi a-moral. apapun alasannya. Dengan berpegang teguh pada falsafah "Niat baik,jangan sampai menghalalkan segala cara"
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H