Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memilih Jalan Sunyi untuk Menulis

11 Februari 2020   19:06 Diperbarui: 11 Februari 2020   19:40 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : dokumentasi pribadi

Sepi  Pembaca, Tapi Aman dan Damai

Setiap orang tentu saja berhak menentukan apa yang akan ditulisnya dan bagaimana gayanya. Setiap aksi pasti pasti akan menimbulkan reaksi. Dalam hal apapun termasuk dalam dunia tulis menulis. Kalau boleh di pilah pilah berdasarkan resikonya, maka  dapat dirunut sebagai berikut:

Pertama

Menulis puisi adalah yang paling aman karena tidak harus disertai dengan ilustrasi dan sangat kecil kemungkinan dapat memancing pertentangan dari para pembaca. 

Kalau pembaca senang, maka setelah membaca, di samping memberikan tanggapan dengan klik "Inspiratif, menarik. bermanfaat, unik dan sebagainya" Dan bilamana pembaca memang dapat merasakan sentuhan dari esensial puisi yang ditulis, maka di samping mengapresiasi dengan tanggapan, masih dilengkapi dengan komentar. Rasanya belum pernah tulisan yang berupa puisi yang dihapus oleh Admin. Paling banter tidak diberikan label.

Tapi bagi yang belum biasa menulis puisi, maka dibutuhkan kesungguhan untuk belajar menulis puisi, Sejujurnya, saya pernah sekali atau dua kali mencoba menulis puisi, tapi akhirnya setelah diposting. Saya malu pada diri sendiri karena merasa puisi yang saya tulis, ibarat orang baru belajar masak sudah mau buka warung makanan. Hingga kini, saya kapok menulis puisi padahal latar belakang pendidikan saya adalah jurusan bahasa. 

Kedua 

Menulis cerpen juga memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang tinggi. Resiko satu satunya adalah apabila gambar ilustrasi yang digunakan untuk mendukung jalannya cerita, kelupaan menuliskan sumbernya, maka kemungkinan terburuk adalah gambarnya dihapus oleh Admin. Sementara mengenai jalannya  cerita ya suka suka kita. Mau ditulis ada pohon kelapa berbuah Apel juga tidak masalah,namanya cerita.

Ketika Menulis Pengalaman Pribadi

Menuliskan pengalaman pribadi memiliki resiko yang cukup tinggi. Antara lain, bila apa yang ditulis tidak sesuai dengan kenyataannya, maka image orang sekampung terhadap diri kita menjadi negatif. Makanya, kalau mau menuliskan pengalaman pribadi harus siap menulis dengan jujur, latar belakang hidup kita termasuk hal hal yang mungkin bagi orang lain adalah tabu. Misalnya, saya pernah mendapatkan pertanyaan via WA: 

Halangan selanjutnya adalah terlalu sering menuliskan tentang pengalaman jalan jalan keluar negeri dapat menimbulkan image negatif, seakan menulis untuk pamer pencapaian atau meraih popularitas diri. Kemudian, kesulitan dalam memilih gambar pendukung yang serasi sehingga terkadang terpaksa menggunakan foto foto pribadi yang dulu sudah pernah digunakan.

Ketiga

Menulis Tentang Hobi 

Menulis tentang hobi,sungguh dibutuhkan pengetahuan yang memadai. Bila memaksa diri, maka tulisan kita akan terasa ibarat masakan kurang garam. Misalnya, setiap kali membaca tulisan pak Hendro Santoso tentang bola, saya sungguh kagum bagaimana cara menghafal nama nama pemain asing sebanyak itu? Saya yang sudah tinggal di Australia selama lebih kurang 14 tahun, sejujurnya tidak mampu menghafal nama nama lengkap teman teman saya disini.

Keempat 

Menurut saya, tantangan paling besar adalah menulis tentang Politik. Walaupun jelas menulis tentang politik atau situasi terkini di negeri kita,menjanjikan akan menangguk ribuan pembaca. Tapi seiring dengan iming iming ribuan pembaca yang akan menyerbu tulisan kita tentang  politik,maka resikonya juga tidak kalah besarnya, yakni harus siap siap mendapatkan tembakan komentar yang mungkin akan terasa sangat getir dan menusuk. Contoh paling aktual dan terkini adalah masalah rencana pemulangan Eks ISIS mantan WNI.

Coba saja baca komentar komentar yang tajamnya melebihi sembilu,antara yang setuju dan tidak setuju. Masing masing  dengan argumentasinya. Hal inilah yang paling saya takutkan. Karena  itu sejak dari awal saya menjauh dari menulis tentang hal hal yang dapat memancing pecah rasa dengan pembaca yang juga adalah sahabat sahabat kita sendiri.

Padahal sejauh ini, kita tidak tahu siapa yang meminta  kita untuk memberikan pendapat, apakah baik atau tidaknya rencana pemulangan Eks ISIS mantan WNI yang konon ada sekitar 600 orang tersebut? Apakah pendapat kita akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan? Sejujurnya saya tidak tahu. Malahan masalah ini sampai merambah masuk ke WAG yang telah mengakibatkan hubungan antar sahabat  menjadi pecah rasa. 

Karena itu, saya memilih jalan diam dan sunyi untuk menulis, yakni menulis tentang pengalaman pribadi dan kejadian seputar. Walaupun resikonya,jangan pernah berharap bahwa tulisan gaya ini akan dibaca orang banyak. 

Saya sudah cukup puas dan bersyukur, walaupun tulisan saya tidak pernah mendapatkan tempat istimewa, tapi tetap dikunjungi oleh sekitar seratus orang teman teman baik. Tentu saya sangat berterima kasih.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun