Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Percaya Takhayul tapi Merinding Jalan di Perkuburan?

10 Februari 2020   07:42 Diperbarui: 10 Februari 2020   10:07 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Bisa Begitu?

Ketika mendengarkan ada yang bercerita tentang  hantu, tuyul, siluman, pocong, kuntilanak, siluman dan seterusnya, apa komentar kita? Pada umumnya orang akan menjawab: "Tahayul" atau "Omong kosong" tentang semuanya itu. Cerita  untuk menakuti nakuti anak anak atau mungkin juga menakuti istri, agar jangan keluar rumah, kalau sudah malam.

Tapi ketika harus berjalan seorang diri di tengah perkuburan, mengapa tiba tiba merinding dan bulu tengkuk berdiri semuanya? Tidak percaya, silakan buktikan.

Malam ini atau tunggu malam Jumat Kliwon atau lagi bulan sabit muncul di langit,maka carilah perkuburan yang jauh dari keramaian. Cobalah berjalan sendirian. 

Logikanya,orang yang sudah meninggal,tidak mungkin lagi bisa menyakiti kita,Yang bisa merampok dan melukai diri kita,adalah orang yang masih hidup.

Tapi anehnya kita tidak takut berjalan ditempat keramaian, yang boleh jadi ada orang jahat disana. Mengapa harus takut berjalan di tengah orang  orang yang sudah meninggal?

Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang sudah meninggal terhadap diri kita ? Nothing! Tidak ada. Jangankan mengganggu atau menyakiti diri kita,bergerak saja tidak bisa. Tapi mengapa kita merinding? Bukankah merinding, pertanda ada rasa takut dalam diri kita?"

Sewaktu Kecil Tidak Takut 
Sewaktu masih kecil, setiap hari saya jalan kaki ke sekolah ,yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari rumah orang tua di Pulau Karam, kota Padang.

Untuk mempersingkat jarak, maka saya menerobos masuk ke perkuburan yang berada di jalan Kampung Sebelah. Berjalan di sela sela makam yang berjejer di sana seorang diri, tanpa ada rasa takut sedikitpun Hal ini saya lakukan bertahun tahun, hingga lulus SMP dan dapat hadiah sepeda, baru saya tidak lagi berjalan kaki.

Sudah Dewasa Kok Merinding
Tapi aneh, sesudah dewasa,malahan jalan di per kuburan malah jadi merinding. Apalagi di malam hari. Pernah suatu waktu,dalam perjalanan dari Padang ke Jakarta melalui jalan darat,kendaraan yang saya kemudikan dengan membawa istri dan ketiga anak kami, tiba tiba berasap. Setelah saya menghentikan kendaraan di pinggir, langsung membuka kap mobil.

Menunggu hingga mesin dingin dan secara hati hati membuka tutup radiator.Ternyata kekurangan air. Nah,di kendaraan ada minuman ,tapi kalau saya isi ke kendaraan,perjalanan masih jauh dan anak anak butuh air.Maka saya mencoba berjalan kaki mencari rumah penduduk dengan membawa lampu baterai. Sementara itu,saya minta mobil dikunci dari dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun