Karena diundang sebagai Penembak jitu, maka dengan mengemudikan sedan Corona, saya didampingi istri hari Minggu mengemudikan kendaraan dari Padang menuju ke Singkarak yang berjarak tempuh sekitar satu jam perjalanan. Setibanya disana, warga kampung ramai ramai menyongsong kedatangan kami. Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi saya karena seandainya kemampuan menembak saya sama saja dengan yang lain, maka berarti saya akan mengecewakan mereka.Â
Peluru Dioles Dengan Balsem
Karena sudah biasa berburu tupai, maka saya sudah tahu kiat untuk menjatuhkan Keluang yang ditembak, yakni memanfaatkan Balsem yang waktu itu bernama "Tarason" ke setiap butir peluru senapan angin kaliber 4,5 mm. Untuk membidiknya sangat mudah, semudah membalik telapak tangan, karena Kalong bertubuh besar dan bodoh. Karena mereka memamerkan diri dengan bergelantungan secara berjejer.Â
Beda dengan berburu tupai yang bertubuh kecil dan lincah bergerak sana sini. Maka dalam hitungan detik, sebutir peluru sudah mengena sasaran. Kami menunggu beberapa saat. Dan karena kepanasan oleh peluru yang dipoles balsem, Kalong yang menjadi korban mencoba terbang dan justru inilah kesalahannya.
Karena berupaya terbang, sementara di tubuhnya sudah bersarang sebutir timah yang dioles balsem, maka si Kalong,tidak mampu melanjutkan terbang. Baru terbang satu dua detik terus terdengar bunyi "gedebuk". Warga kampung bersorak dan Kalong dikumpulkan untuk dibawa pulang. Karena dagingnya sangat bermanfaat untuk menyembuhkan korengan dan  empedunya,untuk menyembuhkan gangguan kesehatan yang disebut :" Asma"
Belakangan Dinyatakan Sebagai Hewan Yang Dilindungi
Belakangan dapat kabar bahwa Kalong atau Keluang ini dinyatakan sebagai hewan yang dilindungi, karena sudah hampir punah. Tapi setelah berusaha mencari referensi resmi tentang adanya pernyataan bahwa "Kalong atau Flying Fox termasuk hewan langka yang dilindungi, hingga saat ini belum berhasil ditemukan. Baru dalam tahap "Menghimbau"
Tapi ini cerita tempo dulu. Sudah sejak 40 tahun lalu, saya sudah bertobat dan tidak lagi pernah menembak, bahkan kini membunuh seekor tikus pun saya tidak tega. Mungkin semakin bertambah usia semakin cengeng ya?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H