Berpacu Antara Menabung dan Menggesek Kartu Kredit
Saking mudahnya mendapatkan uang tunai hanya dengan gesek menggesek Kartu Kredit di salah satu mesin ATM menyebabkan banyak orang menjadi lupa diri. Hal ini sudah terjadi sejak lama dan terus berlangsung hingga saat ini. Yang melakukannya bukan hanya kaum wanita, tapi juga kaum pria. Awalnya jalan-jalan ke Mall hanya untuk "cuci mata", tetapi ternyata ada saya yang menarik untuk dibeli. Tiba tiba ingat, sikat gigi sudah usang, pakaian dalam perlu diganti, karena sudah terasa sempit dan seterusnya. Akhirnya satu trolley berisi penuh barang barang yang sesungguhnya belum perlu mendesak dibutuhkan.
Tiba di kasir, hanya menggesek satu dua detik dan Kasir menyerahkan bukti pembayaran dan selesai. Enak banget rasanya hidup kayak ginian. Kalau dulu, kita terpana mendengarkan kisah lampu Aladin, yang hanya dengan menggosok telapak tangan  pada lampu tersebut, maka  akan keluar Jin Raksasa, yang sujud kepada Pemegang Lampu Aladin sambil berkata,
" Your Highness, Your Wish is my command"
"Tuanku, keinginan Tuanku adalah perintah bagi hamba."Â
Nah, kini hampir setiap orang menjadi pemegang "Lampu Aladin" dalam wujud Kartu Kredit di tangan masing-masing. Hanya dengan menggesekkan kartu Kredit ke Mesin ATM, maka semua keinginan kita akan dapat terpenuhi.Â
Resiko Gali Lubang Tutup Lubang
Akibat menabung kalah cepat dengan gesek menggesek Kartu Kredit, akhirnya terciptalah "lingkaran setan" dalam kehidupan kita. Demi untuk menutupi tagihan cicilan Kartu Kredit yang sudah jatuh tempo, terpaksa tarik tunai dari Kartu Kredit lainnya. Bila hal ini terus dibiarkan berlangsung, maka suatu waktu, lubang yang digali sudah terlalu dalam, sehingga kita tidak mampu lagi untuk keluar. Dan ketika sadar, semua sudah terlambat. Akibatnya, hidup kita tidak akan tenang, karena selalu diburu oleh Debt Collector, seakan akan diri kita adalah penjahat besar.
Mempersiapkan Diri Hadapi Reshuffle Kehidupan
Tidak seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan apa yang akan terjadi di hari esok. Karena itu, apa yang hari ini begitu mudah bagi kita, boleh jadi kelak, akan menjadi sangat sulit. Saya sudah mengalaminya. Ketika perusahaan kami berjalan mulus, setiap tahun sangat mudah bagi kami travelling sambil membawa ketika anak-anak kami. Karena hasil keuntungan dari satu kali ekspor sudah cukup untuk menutupi seluruh biaya perjalanan, termasuk akomodasi pulang pergi.Â