Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyesal Menjadi Orang Kaya!

6 Januari 2020   19:18 Diperbarui: 6 Januari 2020   19:22 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kok Bisa Begitu?

Jadi kaya siapa yang tidak mau ? Mungkin semua orang mau menjadi kaya ,bahkan ada yang saking inginnya menjadi kaya ,sampai terbawa dalam mimpi mimpi. Sangat sedikit orang yang menjawab:"Saya tidak mau jadi orang kaya" Nah,diantara yang sedikit itu,termasuk salah satunya adalah diri saya sendiri

Sejak dulu,saya tidak pernah berdoa minta kaya,bahkan kepada anak anak saya ajarkan,agar jangan pernah mohon jadi kaya,melainkan berdoalah agar diberikan hidup berkecukupan. Berkecukupan,tentu bukan hanya cukup makan untuk bertahan hidup.melainkan cukup untuk beli kendaraan untuk keluarga Dan bila suatu waktu ingin jalan jalan keluar negeri, juga cukup dana tersedia.

Jadi makna :"berkecukupan " dimaksud adalah sangat luas,yakni :"cukup lebih daripada banyak " Orang kaya,banyak yang selalu merasa kekurangan ,bagaikan orang minum air laut,semakin diminum ,semakin haus. Bahkan saking merasa kekurangan orang yang sudah kaya,masih mau mengambil sesuatu yang bukan haknya. Sebaliknya, orang yang hidupnya berkecukupan tak pernah merasakan kekurangan.

Menikmati Hidup Berkecukupan 

Setelah hidup bernafas dalam lumpur,akhirnya badai kehidupan itu berlalu. Hidup kami berubah bagaikan siang dan malam.Tapi kami tetap santai dan tidak pernah mengejar uang. Hari Minggu, perusahaan  ditutup dan kami bersama keluarga memanfaatkan seluruh hari untuk berekreasi entah kemana saja.

Ternyata hal ini memberikan efek ganda yang sangat positif dalam kehidupan berkeluarga, termasuk dalam pergaulan dengan sahabat-sahabat kami. Saya  belajar dari pengalaman hidup sendiri dan juga pengalaman hidup orang lain,bahwa harta itu bagaikan pisau bermata dua, yang kedua sisinya sama-sama tajam. Bila tidak arif memaknainya, uang dapat mendatangkan petaka dan menghancurkan rumah tangga kita.

Teman Saya Baru Sadar Setelah Semuanya Terlambat

Sewaktu hidup sederhana, teman saya sesama pengusaha , hidup sangat harmonis bersama keluarganya. Kemana mana selalu pergi bersama sama,seperti juga halnya dengan kami. Bahkan tidak jarang ,berbelanja ke Pasar juga mereka pergi berduaan  Hal ini berlangsung  bertahun tahun,hingga usaha mereka mengalami kemajuan pesat .

Sejak itu ,teman saya Johny sudah dikenal sebagai orang kaya di kota kami. Kalau sebelumnya ,hanya menggunakan sepeda motor yang sudah reyot ,membonceng istrinya ke pasar,kini istri diantarkan dengan kendaraan pribadi yang masih baru oleh Sopir.

Pokoknya ,istri sudah senang,karena sebuah kendaraan sudah disediakan suami bagi keperluan pribadinya,ke pasar ,ke salon atau ke tempat fitness.Sedangkan untuk keperluan kantor, suami sudah memiliki  kendaraan lain. Begitu juga,istri tak lagi merasa perlu menyediakan secangkir kopi setiap pagi, seperti biasanya,karena sudah ada  pembantu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun