Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikah di Usia Muda Salah, Telat Menikah Ternyata Jadi Masalah

29 Desember 2019   19:26 Diperbarui: 31 Desember 2019   13:48 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://pixabay.com

Kalau Gitu Tidak Usah Menikah ?

Awalnya saya kira Om saya yang bernama Rudy (bukan nama sebenarnya) ,singgah  di kedai kami ,yang merangkap sekaligus menjadi tempat tinggal ,mungkin mau memberikan sedikit oleh oleh hadiah Natal,bagi putra kami yang pada waktu itu baru satu orang. 

Usianya terpaut ,sekitar 10 tahun lebih tua dibanding saya,tapi karena dalam silsilah keluarga,kedudukannya "tinggi",maka saya wajib memanggil dengan sebutan Om. Rudy,termasuk orang yang cukup sukses untuk ukuran di kota Padang. 

Bisnisnya adalah pedagang antar kota ,Padang -Pekanbaru dan sebaliknya. Pada waktu itu,barang barang eks Singapore ,merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Misalnya,susu Camelpo,makanan kalengan dan sebagainya. 

Sejujurnya,dalam kondisi amat menyedihkan dan anak isteri lagi sakit dan uang tidak ada untuk berobat,mendapatkan kunjungan dari kerabat yang sudah hidup mapan,seakan ada setitik harapan. 

Setidaknya mungkin membawakan mainan  kecil ataupun makanan,untuk putra kami yang terbaring sakit.Tapi ternyata,Om Rudy datang,hanya untuk memberikan kuliah gratis,tentang  kesalahan saya buru buru menikah,padahal kondisi keuangan nol besar. "Tengok Om ,sudah usia 32 tahun,masih belum menikah,padahal lu tahu, Om  kurang apa.? Ada rumah,toko dan usaha yang berjalan lancar. Tapi ya,nasi sudah jadi bubur,mau apa lagi.Sudah ya ,Om pamit ya ".

Begitulah nasihat dari Om Rudy, di hari Natal tahun 1969,pada saat usia putra pertama kami masih sekitar 3 tahun Itulah pertemuan terakhir kalinya dengan Om Rudy,karena belakangan dapat kabar Om Rudy pindah ke Pekanbaru. Dan kami kehilangan kontak.

18 Tahun Berselang

Kami sedang berada di Bandara Tabing, dan bergegas berjalan menuju ke ruang keberangkatan, untuk  berangkat ke Jakarta dan melanjutkan penerbangan ke California , Amerika Serikat,untuk menghadiri wisuda putra pertama kami Irmansyah Effendi. 

Tiba tiba saya berpapasan dengan seorang tua,yang membawa anak kecil 3 orang. Untuk sejenak saya ragu,apakah saya kenal ? Belum sempat berlama lama,tiba tiba pria tua tersebut memeluk saya dan berkata :"Effendi,lupa pada Om Rudy ya?"

Baru saya sadar,bahwa benar pria yang sudah tampak tua  yang berdiri di hadapan saya adalah Om Rudy. "Hmm ini cucu cucu Om Rudy?" Tanya saya yakin diri. 

Tapi yang ditanya,malah terdiam dan kemudian sambil menggelengkan kepala,mengatakan dengan suara yang hampir tidak terdengar:"Bukan Effendi,ini anak anak Om" Saya langsung terdiam. 

"Sejak truk yang membawa barang barang elektronik Om,hanyut dan tenggelam,Om sudah tidak lagi berbisnis. Hanya buka warung kecil kecilan dirumah,untuk bisa bertahan hidup. "Kata Om Rudy dengan nada yang terasa sangat getir.

Kemudian Om Rudy bertanya:"Mau berangkat kemana Effendi dan isteri ?" 

"Kami mau ke California Om, menghadiri Wisuda putra kami. Berkat doa Om Rudy,putra kami lulus  Master of Science ,dengan predicate magnacumlaude di usia 21 tahun Om" 

Sebenarnya,kami masih ingin berbicara lebih banyak dengan Om Rudy ,siapa tahu kami bisa membantu ala kadarnya. Tapi berhubung karena sudah  ada panggilan lewat alat pengeras suara ,yang merupakan panggilan  terakhir ,maka kami terpaksa pamitan dengan Om Rudy.

Hanya Sebuah Renungan

Menertawakan kejatuhan orang lain,tentu sangat tidak manusiawi,apalagi orang tersebut masih kerabat kita..Tapi perlu dibagikan ,agar dapat menjadi masukan bagi yang belum menikah,bahwa keputusan untuk menikah ada di tangan kita masing masing. Dan setiap keputusan ,selalu ada resikonya.  

Hingga saat ini belum ada rumusan ,yang dapat memastikan,usia berapa paling tepat untuk menikah. Dan apa takaran atau patokan seseorang dapat dikatakan hidupnya sudah mapan?

Akhir kata,setidaknya tulisan ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat dan dapat dijadikan renungan ,khusus bagi yang belum menikah Your destiny is in your hand dan my destiny is in my hand.

Catatan tambahan

Sewaktu putra pertama kami diwisuda,usia saya dan istri sama sama 45 tahun. 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun