Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Masjid ke Masjid

28 Desember 2019   04:09 Diperbarui: 28 Desember 2019   04:20 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto : pak Rudy Geron, Kompasianer sedang mengambil air wudhu /dokumentasi pribadi

 

Banyak Menulis Tentang Masjid, Dikira Sudah Ganti Agama

Dapat nomor kontak sahabat lama ,sungguh sangat menyenangkan hati. Karena sudah puluhan tahun hubungan terputus,karena masing masing berpindah pindah tempat tinggal dan gonta ganti nomor Ponsel. 

Ketika ponsel berdering tanda nada panggilan,saya lagi mengemudi kendaraan ,sehingga tidak mungkin saya menerima telepon. Bukan hanya akan di denda dan ponsel disita, tapi juga sangat berbahaya bagi kami dan pengguna jalan lain. Apalagi kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi di free way. 

Maka seperti biasa, isteri saya langsung mewakili menjawab dan volume suara di open,agar saya bisa mendengarkan percakapan yang sedang berlangsung.

Terdengar suara ceria berbicara: "Hai bu Ros, masih ingat saya Henri dari Padang?" Dan setelah diam sejenak, isteri saya langsung menjawab: "Ya masih ingat, kan sahabat baik suami saya, masa bisa lupa?"  

"Hmm maaf ya, apakah benar pak Effendi sudah ganti agama?" kata Henri melanjutkan. Dan karena pertanyaan senada sudah beberapa kali ada yang nanya, maka isteri saya tidak kaget dan menjawab: "Ya enggak lah". Percakapan selanjutnya, tentu tidak perlu ditulis disini. Intinya adalah karena mereka sering baca artikel tentang Masjid yang saya tulis, maka dikira saya sudah ganti agama.

Ket.foto: Masjid Nurul Imi di Kayu Tanam Sumatera Barat/dokumentasi pribadi
Ket.foto: Masjid Nurul Imi di Kayu Tanam Sumatera Barat/dokumentasi pribadi
Setiap Rumah Ibadah Memancarkan Aura Kasih Sayang 
Sejak dari kecil saya sangat senang berkunjung ke rumah rumah ibadah. Baik ke Gereja,ke Kelenteng, Wihara, Pura dan Masjid. Bukan karena sering gonta ganti agama, melainkan hanya kepuasan batin saja.

Karena bagi saya pribadi,setiap rumah ibadah memancarkan Aura Kasih Sayang yang menyejukkan hati, padahal sejujurnya, saya bukan tipe manusia yang agamis. 

Nah, saya mencoba merangkum beberapa Masjid yang pernah kami kunjungi.Antara lain :

Masjid Nurul Imi di Kayu Tanam Sumatera Barat
Masjid Nurul Ilmi Yang Merupakan Kembaran Opera House di Sydney, yang menjadi ikon Sydney, ibu kota New South Wales, Australia. Terletak dalam komplek sekolah I..N.S. – Institut Nasional Syafei, di Kayu Tanam, Sumatera Barat, bangunan ini tampak cukup mencolok.

Dari kejauhan seakan terjadi penampakan gedung opera yang terkenal di dunia international.yang selama belasan tahun menjadi ikon kebanggan bagi warga Sydney.

Bagunan ini tampak apik dan bersih, bahkan di dalam ruangan terkesan cukup mewah. Lantai yang beralaskan permadani yang  halus dan dilengkapi dengan lukisan huruf kaligrafi di bagian dinding depan, semakin menyemarakan ruangan masjid ini.

ket,foto: bersama sahabat saya Alkaf Darman /dokumentasi pribadi
ket,foto: bersama sahabat saya Alkaf Darman /dokumentasi pribadi
Karena kami berkunjung bukan pada hari Jumat, masjid sepi. Untuk ruangan Sholat ada sign board yang menunjuk ke lantai atas. Menaiki anak tangga yang dirancang cukup apik, mengantarkan kita ke ruang Sholat yang tampak sangat dijaga kebersihannya.

masjid lakemba /dokumentasi pribadi
masjid lakemba /dokumentasi pribadi
Masjid Lakemba 
Masjid Imam Ali Bin Abi Thalib di Lakemba, Sydney - Australia. Salah satu masjid besar di Australia di bawah pengelolaan umat muslim keturunan Lebanon. 

Masjid dengan bentuk memanjang berkubah tunggal dan satu menara, cukup menyita perhatian di antara bangunan bangunan lain disekitarnya. 

Masjid Lakemba merupakan salah satu masjid terbesar di Australia Nama resmi masjid ini sebenarnya adalah Masjid Imam Ali Bin Abi Taleb namun karena lokasinya yang berada di kawasan Lakemba, New South Wales, maka lebih dikenal dengan nama Masjid Lakemba dibandingkan dengan nama aslinya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Masjid Omar di Wollongong Berasal dari Gereja

Walaupun Masjid yang berlokasi di Foley Street, Gwynneville, di kota Wollongong ini bukanlah sebuah bangunan yang dapat disejajarkan dengan Masjid Lakemba di pinggiran kota Sydney yang terkenal, namun ada nilai nilai sejarah yang patut diketahui oleh orang banyak. 

Bahwa bangunan ini adalah membuktikan semangat dari umat Muslim yang berasal dari berbagai Negara. Mereka bergabung bersama dan mampu membangun Masjid Omar ini.

masjid yang berasal dari gereja/dokumentasi pribadi
masjid yang berasal dari gereja/dokumentasi pribadi
Masjid Misericordia Terbesar di Italia Selatan
Masjid Misericordia yang merupakan masjid terbesar di Italia selatan dan berlokasi di kota Catania. Pintu Masjid terbuka ,namun tak tampak ada orang disana. 

Padahal ada begitu banyak barang tergeletak begitu saja. Baik di meja,maupun di lantai. Saya membatasi diri untuk tidak melangkah masuk, karena tidak ada orang yang menjaga, Sambil menjepret sana sini dan berharap aka nada petugas Masjid yang keluar, kami sempat membaca di dinding, sekilas tentang Masjid ini. Tentu saja saya tidak mengerti, karena ditulis dalam bahasa italia dan Arab.

Masjid di Italia /dokumentasi pribadi
Masjid di Italia /dokumentasi pribadi
Menurut adik kami, masjid ini dulunya adalah bekas theater di pertengahan bulan Desember tahun 2012 diresmikan menjadi Masjid. Gedung ini luasnya sekitar 400 meter persegi dan terdiri dari tiga lantai. 

Lantai paling atas merupakan ruang serba guna dan sekaligus kantor administrasi, Sedangkan lantai kedua dikhususkan bagi wanita dan anak anak.

Sehingga ketika ada ibadah Jumaat, sementara kaum pria menjalankan ibadah di lantai dasar, kaum wanita dan anak anak ,,dapat mengikuti jalannya ibadah dengan menyaksikan jalannya ibadah lewat Televisi. Nama Masjid: ”Della Misericordia” diambil dari salah satu nama nama Allah,yang berarti: ”Allah Yang Maharahim”

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Islamic Center di Mataram
Islamic Center Mataram mulai dibangun sejak masa kepemimpinan gubernur M. Zainul Majdi, rencana tersebut terealisasi pada tahun 2011 dan diresmikan pada 15 Desember 2013.

Total biaya pembangunan masjid termegah ini, mencapai lebih dari 350 miliar rupiah; Dengan dana pembangunan bersumber dari APBD dan dana CSR PT. Newmont dan sumbangan dari masyarakat lainnya.

ket.foto : pak Rudy Geron, Kompasianer sedang mengambil air wudhu /dokumentasi pribadi
ket.foto : pak Rudy Geron, Kompasianer sedang mengambil air wudhu /dokumentasi pribadi

Dibangun di atas lahan seluas 7,6 hektar di sudut jalan Langko dan Udayana yang merupakan urat nadi lalu lintas di kota ini. Masjid ini dalam hal luas dan besarnya, jauh melampaui Masjid Lakemba yang  terkenal di Sydney.

Dibangun sangat  megah dengan menampilkan perpaduan antara karakteristik bangunan tradisional Lombok dan Sumbawa.

Bangunan Islamic Center ini dilengkapi dengan menara setinggi 99 meter sesuai dengan 99 nama nama Allah (Asma'ul Husna). Bangunan menara ini dibuka sebagai objek wisata untuk memandang wajah kota Mataram dari ketinggian baik saat siang maupun malam hari. Namun bertepatan ada pekerjaan renovasi bangunan, maka kami tidak mendapatkan kesempatan untuk naik ke menara. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ada beberapa bangunan khusus sebagai sarana tempat mengambil air wudhu, tampak berjejeran dengan apik di samping bangunan utama Masjid ini. 

Sehingga dengan demikian,tampaknya pengelola bangunan ini,sudah mengantisipasi agar tidak terjadi antrian panjang bagi para jemaah yang akan menunaikan ibadahnya di Masjid ini

Nah,kalau semua masjid yang sudah saya kunjungi ,ditulis disini,tentu akan sangat panjang. Mungkin di lain kesempatan,saya akan mencoba merangkum tentang kunjungan ke berbagai gereja.

Baik gereja di Indonesia di Australia dan juga di berbagai negara. Berkunjung ke berbagai rumah ibadah, bukan berarti secara serta merta gonta ganti agama. Dalam hal ini, mungkin the wisdom words: "Don't judge the book by it.s cover" boleh disematkan ya? Terima kasih dan salam hangat.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun