Banyak Menulis Tentang Masjid, Dikira Sudah Ganti Agama
Dapat nomor kontak sahabat lama ,sungguh sangat menyenangkan hati. Karena sudah puluhan tahun hubungan terputus,karena masing masing berpindah pindah tempat tinggal dan gonta ganti nomor Ponsel.
Ketika ponsel berdering tanda nada panggilan,saya lagi mengemudi kendaraan ,sehingga tidak mungkin saya menerima telepon. Bukan hanya akan di denda dan ponsel disita, tapi juga sangat berbahaya bagi kami dan pengguna jalan lain. Apalagi kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi di free way.
Maka seperti biasa, isteri saya langsung mewakili menjawab dan volume suara di open,agar saya bisa mendengarkan percakapan yang sedang berlangsung.
Terdengar suara ceria berbicara: "Hai bu Ros, masih ingat saya Henri dari Padang?" Dan setelah diam sejenak, isteri saya langsung menjawab: "Ya masih ingat, kan sahabat baik suami saya, masa bisa lupa?"
"Hmm maaf ya, apakah benar pak Effendi sudah ganti agama?" kata Henri melanjutkan. Dan karena pertanyaan senada sudah beberapa kali ada yang nanya, maka isteri saya tidak kaget dan menjawab: "Ya enggak lah". Percakapan selanjutnya, tentu tidak perlu ditulis disini. Intinya adalah karena mereka sering baca artikel tentang Masjid yang saya tulis, maka dikira saya sudah ganti agama.
Sejak dari kecil saya sangat senang berkunjung ke rumah rumah ibadah. Baik ke Gereja,ke Kelenteng, Wihara, Pura dan Masjid. Bukan karena sering gonta ganti agama, melainkan hanya kepuasan batin saja.
Karena bagi saya pribadi,setiap rumah ibadah memancarkan Aura Kasih Sayang yang menyejukkan hati, padahal sejujurnya, saya bukan tipe manusia yang agamis.
Nah, saya mencoba merangkum beberapa Masjid yang pernah kami kunjungi.Antara lain :
Masjid Nurul Imi di Kayu Tanam Sumatera Barat
Masjid Nurul Ilmi Yang Merupakan Kembaran Opera House di Sydney, yang menjadi ikon Sydney, ibu kota New South Wales, Australia. Terletak dalam komplek sekolah I..N.S. – Institut Nasional Syafei, di Kayu Tanam, Sumatera Barat, bangunan ini tampak cukup mencolok.
Dari kejauhan seakan terjadi penampakan gedung opera yang terkenal di dunia international.yang selama belasan tahun menjadi ikon kebanggan bagi warga Sydney.
Bagunan ini tampak apik dan bersih, bahkan di dalam ruangan terkesan cukup mewah. Lantai yang beralaskan permadani yang halus dan dilengkapi dengan lukisan huruf kaligrafi di bagian dinding depan, semakin menyemarakan ruangan masjid ini.
Masjid Imam Ali Bin Abi Thalib di Lakemba, Sydney - Australia. Salah satu masjid besar di Australia di bawah pengelolaan umat muslim keturunan Lebanon.
Masjid dengan bentuk memanjang berkubah tunggal dan satu menara, cukup menyita perhatian di antara bangunan bangunan lain disekitarnya.
Masjid Lakemba merupakan salah satu masjid terbesar di Australia Nama resmi masjid ini sebenarnya adalah Masjid Imam Ali Bin Abi Taleb namun karena lokasinya yang berada di kawasan Lakemba, New South Wales, maka lebih dikenal dengan nama Masjid Lakemba dibandingkan dengan nama aslinya.
Walaupun Masjid yang berlokasi di Foley Street, Gwynneville, di kota Wollongong ini bukanlah sebuah bangunan yang dapat disejajarkan dengan Masjid Lakemba di pinggiran kota Sydney yang terkenal, namun ada nilai nilai sejarah yang patut diketahui oleh orang banyak.
Bahwa bangunan ini adalah membuktikan semangat dari umat Muslim yang berasal dari berbagai Negara. Mereka bergabung bersama dan mampu membangun Masjid Omar ini.
Masjid Misericordia yang merupakan masjid terbesar di Italia selatan dan berlokasi di kota Catania. Pintu Masjid terbuka ,namun tak tampak ada orang disana.
Padahal ada begitu banyak barang tergeletak begitu saja. Baik di meja,maupun di lantai. Saya membatasi diri untuk tidak melangkah masuk, karena tidak ada orang yang menjaga, Sambil menjepret sana sini dan berharap aka nada petugas Masjid yang keluar, kami sempat membaca di dinding, sekilas tentang Masjid ini. Tentu saja saya tidak mengerti, karena ditulis dalam bahasa italia dan Arab.
Lantai paling atas merupakan ruang serba guna dan sekaligus kantor administrasi, Sedangkan lantai kedua dikhususkan bagi wanita dan anak anak.
Sehingga ketika ada ibadah Jumaat, sementara kaum pria menjalankan ibadah di lantai dasar, kaum wanita dan anak anak ,,dapat mengikuti jalannya ibadah dengan menyaksikan jalannya ibadah lewat Televisi. Nama Masjid: ”Della Misericordia” diambil dari salah satu nama nama Allah,yang berarti: ”Allah Yang Maharahim”
Islamic Center di Mataram
Islamic Center Mataram mulai dibangun sejak masa kepemimpinan gubernur M. Zainul Majdi, rencana tersebut terealisasi pada tahun 2011 dan diresmikan pada 15 Desember 2013.
Total biaya pembangunan masjid termegah ini, mencapai lebih dari 350 miliar rupiah; Dengan dana pembangunan bersumber dari APBD dan dana CSR PT. Newmont dan sumbangan dari masyarakat lainnya.
Dibangun di atas lahan seluas 7,6 hektar di sudut jalan Langko dan Udayana yang merupakan urat nadi lalu lintas di kota ini. Masjid ini dalam hal luas dan besarnya, jauh melampaui Masjid Lakemba yang terkenal di Sydney.
Dibangun sangat megah dengan menampilkan perpaduan antara karakteristik bangunan tradisional Lombok dan Sumbawa.
Bangunan Islamic Center ini dilengkapi dengan menara setinggi 99 meter sesuai dengan 99 nama nama Allah (Asma'ul Husna). Bangunan menara ini dibuka sebagai objek wisata untuk memandang wajah kota Mataram dari ketinggian baik saat siang maupun malam hari. Namun bertepatan ada pekerjaan renovasi bangunan, maka kami tidak mendapatkan kesempatan untuk naik ke menara.
Sehingga dengan demikian,tampaknya pengelola bangunan ini,sudah mengantisipasi agar tidak terjadi antrian panjang bagi para jemaah yang akan menunaikan ibadahnya di Masjid ini
Nah,kalau semua masjid yang sudah saya kunjungi ,ditulis disini,tentu akan sangat panjang. Mungkin di lain kesempatan,saya akan mencoba merangkum tentang kunjungan ke berbagai gereja.
Baik gereja di Indonesia di Australia dan juga di berbagai negara. Berkunjung ke berbagai rumah ibadah, bukan berarti secara serta merta gonta ganti agama. Dalam hal ini, mungkin the wisdom words: "Don't judge the book by it.s cover" boleh disematkan ya? Terima kasih dan salam hangat.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H