Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Takdir Artinya "Bukan Salah Saya?!"

19 Desember 2019   19:29 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:57 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://pixabay.com/photos/man-homeless-homeless-man-poverty-937665/

Pengalaman pengalaman pahit dan menyakitkan inilah yang menempa sikap mental kita, sehingga menjadi manusia yang mampu memahami arti dan makna yang sesungguhnya dari hidup ini.Yang tak akan goyah dalam menghadapi masalah hidup yang bagaimanapun.Serta menjadikan kita manusia yang senantiasa open minded.Bukan sebaliknya,dengan  begitu mudah mengatakan :"sudah takdir",mau apa lagi?"

Menganggur dan Miskin  Bukan Takdir
Karena kalau takdir dimaknai sebagai kehendak Tuhan, maka siapapun tak akan dapat mengubahnya lagi, Karena sudah ditentukan. Misalnya: tak seorangpun di dunia ini dapat memilih, dalam keluarga mana ia akan dilahirkan dan dimana. Siapa yang bakal menjadi orang tuanya dan suku apa orang tuanya ?

Tapi bila akibat menganggur ,dirinya menjadi miskin,maka itu adalah akibat yang harus ditanggungnya . Nasib ada di tangan kita. ”My destiny is in my hands and your destiny is in your hands". Di dalam tangan setiap orang,tergenggam nasibnya dan keluarganya. Setiap orang adalah pengambil keputusan untuk menentukan nasibnya.

Dan untuk mengubah nasib, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak ada lampu Aladin dalam hidup ini. Semuanya harus dicapai dengan kerja keras, bukan hanya dengan otot, tapi juga dengan otak. Karena kalau orang hanya bekerja keras dengan otot, maka ia akan jadi kuli seumur hidupnya. Kalau saja saya percaya ,bahwa hidup melarat selama bertahun tahun sudah merupakan takdir ,maka saya selamanya akan menjadi penjual kelapa di pasar

Untuk mencegah hal ini,tentu perlu kerja sama antara orang tua dan para pendidik,agar jangan memberikan petuah yang sepotong sepotong,seperti pengakuan Roni,dosennya mengatakan:"Kalau sudah berusaha ,tidak juga berhasil,berarti itu sudah takdir" 

Saya tidak percaya ada dosen yang memberikan  petuah yang dangkal dan mengambang seperti ini. Karena justru akan merupakan bahaya terselubung,yang dapat merusak cara berpikir anak didik kita,dalam menjalani hidup,yang tidak selalu berwajah manis dan lemah lembut.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun