Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Takdir Artinya "Bukan Salah Saya?!"

19 Desember 2019   19:29 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:57 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://pixabay.com/photos/man-homeless-homeless-man-poverty-937665/

Menganggur Juga Merupakan Takdir?
Tadi siang ada telpon dari salah seorang cucu sahabat baik saya semasa tinggal di Jakarta. Karena kebetulan tahun lalu  sewaktu ada kesempatan pulang  kampung ke Indonesia, kami sempat ketemu dan makan bersama. Sehingga hanya dengan mendengar kalimat :" Halo Opa Effendi ya" Saya langsung mengenal suaranya dan menjawab:"Benar . Ini Roni kan?"

Wah,senang banget Roni, karena saya langsung  bisa kenal suaranya dan memberikan pujian:"Luar biasa Opa bisa langsung kenal suara Roni. Kakek Roni saja,sering salah menyebut nama Roni" katanya sambil tertawa ceria. Terus berlanjut dengan cerita hilir mudik,sampai pada pertanyaan :"Oya tahun lalu Roni sudah lulus Sarjana ya,Selamat ya. Kerja dimana Roni?" tanya saya.

"Aduh Opa, sudah tipis tapak sepatu Roni,keluar masuk kantor mengantarkan Surat Lamaran kerja,tapi hingga kini,sudah satu tahun lulus,masih belum dapat lowongan kerja.Sudah takdir mau apa lagi Opa?" 

Sudah Berubahkan Makna Takdir?
Sejujurnya saya tersentak.mendengarkan jawaban yang begitu mantap ,bahwa ia menganggur selama setahun,adalah merupakan :"takdir" Tapi ,walaupun Roni sudah menganggap saya sebagai kakeknya,tapi tentu tak elok saya mulai memberikan kuliah tentang arti kata "takdir",kepadanya.

Karena itu ,agar jangan sampai merusak suasana hatinya,saya katakan :"Roni, bila terjadi sesuatu tidak sesuai maunya kita,jangan langsung mengatakan bahwa itu takdir. Cobalah Roni tanya kepada Kakek Roni ya,agar dapat menjelaskan "

Tapi Roni masih ingin melanjutkan argumentasi dengan melanjutkan kalimatnya :"Menurut dosen saya,kalau kita malas dan tidak dapat pekerjaan itu namanya nasib.

Tapi kalau sudah berusaha,tapi tetap tidak dapat lowongan kerja,maka itu namanya :"takdir" Saya masih mencoba memberikan contoh,bahwa cucu kami Alex ,yang dapat beasiswa di Fukuoka Prefecture di Jepang, pulang kuliah terus bekerja di restoran ,hingga malam hari. 

Walaupun tentu tidak mudah baginya,pagi hingga siang kuliah dan usai kuliah  terus kerja hingga malam. Pulang malam,masih harus belajar, tapi hanya dengan cara demikian,ia berkesempatan untuk tetap dapat melanjutkan studi di Jepang. Setelah itu,pembicaraan kami akhiri.

Bahaya Terselubung
Mungkin diluar sana,masih banyak :"Roni" lain,yang memiliki pandangan yang sama tentang takdir.Seakan akan,apa saja yang terjadi tidak sesuai dengan harapan adalah takdir.

Bila hal ini terus berlanjut,maka dikuatirkan akan terjadi bahaya terselubung,yakni  merasa dirinya sia sia saja berusaha.Sudah menghabiskan waktu bertahun tahun untuk kuliah,tapi setelah lulus,ternyata "takdir" menentukan ia tidak dapat pekerjaan. Hal ini dapat memperburuk suasana hatinya dan menjadi apatis dalam menjalani hidup

Seandainya boleh dan bisa memilih, maka setiap orang pasti mengharapkan jangan pernah ada pengalaman pahit terjadi selama hidupnya Namun  dalam kenyataannya, hidup  tidak selalu seirama dan senada dengan harapan dan dambaan hati. Bahkan tidak jarang yang terjadi justru bertolak belakang dengan hasrat hati kita. Maka dikala  hal ini terjadi dan berlangsung, akan menjadi  saat saat yang paling menyakitkan bagi diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun