Rayakan Natal Bertahun Tahun Dengan Genangan Air Mata
Orang Kristiani yang hidupnya sudah mapan, menyambut Hari Raya Natal dengan pesta besar-besaran di restoran mewah. Makan dan minum sepuasnya sambil tertawa, hingga keluar air mata. Tapi air mata yang keluar dari kelompok ini,adalah air mata kebahagiaan. Bahagia bisa merayakan Natal bersama seluruh keluarga besar dan teman teman dengan suasana yang sangat mendukung. Baik di hotel maupun di restoran.
Perayaan Natal tidak identik dengan kemewahan? Setuju banget. Merayakan Natal tidak harus dengan pesta besar besaran? Juga sangat setuju!
Tapi bila ada yang mengatakan,bahwa pada setiap Hari Raya Natal,seluruh umat Kristiani bergembira dan bersukacita,maka saya  adalah orang pertama yang protes.
Karena tidak semua orang Kristiani dapat merayakan Natal dengan hati yang gembira. Kami,yakni saya dan isteri,serta putra pertama kami,sudah merasakan.
Setiap kali Hari Natal Tiba, dimana mana orang bernyanyi dengan gembira dan kemudian diikuti dengan acara makan bersama keluarga tercinta atau dengan teman teman.
Tapi selama tujuh kali Hari Raya Natal tiba, kami "rayakan" dengan genangan air mata,karena kondisi hidup yang morat marit
Inilah Cuplikan Dari Suasana Natal Bagi Kami Tempo Dulu
Sejak pulang dari sekolah ,wajahnya sangat ceria. Karena tadi di sekolah bu guru menceritakan tentang perayaan Natal ,yang dirayakan di seluruh dunia.
Karena itu begitu tiba di kedai yang merangkap tempat tinggal kami, putra kami terus mengatakan, "Papa mama.. sudah dekat Natal. Hari Raya Natal.. kita beli kue ya" kata putra kami, yang pada waktu itu baru satu.Â
Saya dan istri hanya mampu saling pandang. Dan tanpa terasa ,ada sesuatu yang hangat mengalir dari mata kami dan jatuh menetes di lantai. Karena listrik di kedai kami sudah diputus oleh Petugas PLN karena sudah 2 bulan menunggak, sehingga kami butuh uang untuk melunaskan tunggakan kami pada PLN.Â
Putra kami tersentak dan merasa sangat bersalah. Cepat cepat kami memeluknya erat erat. Untuk sesaat, tak ada sepatah kata hiburan yang terucapkan.
Seakan tenggorokan kami berdua terkunci rapat rapat. Baru setelah mampu menguasai diri, saya berbisik lirih ketelinga putra kami, "Sayang,kita tetap rayakan Natal, tapi pap mama belum bisa janji akan beli kue ya sayang, karena  belum ada uang untuk beli kue.
Tapi dalam beberapa hari ini, bila banyak barang yang masuk, berarti papa akan banyak dapat pekerjaan bongkar muat barang, kita akan dapat beli kue ya sayang"
Putra kami menatap wajah saya dengan pandangan mata sedih. Tak kuasa saya membalas tatapan anak yang baru duduk di kelas 1 SD.
Ada rasa penyesalan dan rasa bersalah yang mendalam,kenapa saya tidak bisa bekerja lebih keras lagi ,untuk mengubah nasib kami. Sehingga anak kami tidak harus merayakan Natal dengan air mata berlinang.
Kelak Kami Merayakan Natal Dengan Air Mata Kebahagiaan
Pada masa masa sulit tersebut satu satunya  kekuatan yang membuat saya mampu bertahan,agar tidak menjadi gila adalah keyakinan,bahwa suatu waktu,badai kehidupan kami pasti akan berlalu.
Dan bersyukur kepada Tuhan, kelak kami tinggal bersama putra kami,yang dulu bersama kami menyambut Natal dengan genangan air mata. Kelak, setiap tahun kami  merayakan Natal di Australia,bersama Putra kami sekeluarga.
Kami juga merayakan Natal dengan air mata berlinang, tapi air mata kebahagiaan dan rasa syukur yang tak berkesudahan.Badai kehidupan kami sudah lama berlalu dan di hari tua, kami dapat menikmati hidup dalam kecukupan bersama anak cucu.
Kini saya baru paham,akan arti dan makna dari kalimat: "Akan indah pada waktunya".Â
Renungan kecil,untuk menjadi masukan,bahwa setiap kali Natal tiba,ada yang menyambut dengan penuh rasa suka cita,tapi masih banyak orang yang menyambut hari raya Natal dengan air mata berlinang , Memang untuk merayakan Natal,tidak harus pesta besar besaran,tapi kalau untuk makan sehari hari saja tidak cukup uang,apakah mungkin orang dapat merayakan Natal dengan suka cita?
Tjiptadinata Effendi