Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senang Bisa Mengecoh Tuhan

9 Desember 2019   13:30 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:46 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mulai turun sambil menutup matanya yang kesakitan. Tapi baru saja turun, tiba-tiba angin bertiup semakin kencang. Kali ini, Pak Pelit sungguh sungguh sangat panik. Maka tiba-tiba saja ia ingat berdoa. Suatu hal yang sejak ia menjadi kaya, sudah dilupakannya. 

Dengan gagap ia mulai berdoa, "Ya Tuhan, selamatkanlah hamba-Mu ini. Bila saya tiba dengan selamat di bawah, saya akan membagikan separuh harta saya kepada fakir miskin."

Setelah berdoa, ia merasa ada kekuatan dalam dirinya dan mulai berangsur turun. Tiba di pertengahan, kembali ia berdoa, "Ya Tuhan, bila saya selamat tiba di bawah, saya akan membagikan 20 persen dari harta saya."

Kemudian terus beringsut turun dan ia menengok ke bawah, hanya tinggal sekitar 5 meteran lagi akan tiba di bawah, maka kembali ia berdoa, "Ya Tuhan, bila saya selamat tiba di bawah, saya akan bagikan 10 persen dari harta saya untuk orang miskin."

Akhirnya Pak Pelit Tiba dengan Selamat di Bawah
Alangkah lega hati pak Pelit ketika kakinya menginjak bumi lagi. Dan langsung berdoa, "Ya Tuhan, terima kasih sudah menyelamatkan saya. Mengenai apa yang saya ucapkan tadi, mohon dimaafkan karena saya lagi ketakutan sehingga berbicara secara ngawur. Jadi mohon Tuhan anggap saya tidak berjanji apa-apa."

Dengan wajah sumringah, pak Pelit tersenyum karena merasa berhasil sudah mengecoh Tuhan. Tiba-tiba angin bertiup kencang dan buah kelapa yang tadi sudah dipetiknya dan terselip di pelepah pohon jatuh dan pas menimpa kepalanya. 

Ia jatuh pingsan dan baru malam hari ditemukan keluarganya. Tapi karena mengalami geger otak, maka Pak Pelit tidak mampu mengingat apapun lagi dan sejak saat itu, menjadi orang yang lupa ingatan, sehingga bicaranya ngawur sesuai dengan apa yang diucapkannya.

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi orang banyak.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun