Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebenaran yang Sepotong-sepotong

5 Desember 2019   05:35 Diperbarui: 5 Desember 2019   05:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Berpotensi Menjadi Sumber Perpecahan

Namun mencari kebenaran yang hakiki ,memang sangat rumit. Karena sudah dapat diterka,jawaban yang akan diperoleh adalah tergantung dari siapa yang memberikan jawaban. 

Boleh jadi jawaban yang satu dengan lainnya, bukan hanya tidak sejalan,tapi bisa jadi bertolak belakang. Tergantung pada kepentingan sosok yang memberikan jawaban. Apakah yang dimaksudkan dengan kebenaran? Pertanyaan yang sangat sederhana, tetapi tidak semudah itu untuk mencari jawabannya.

Kita Bisa Memetik Pelajaran Ilmu Kehidupan Dari Apa Saja

Learn from the cradle into grave. Belajar sejak dari buaian,hingga ke liang lahat. Atau dalam kalimat lain,hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. 

Kita bisa belajar dari seekor semut,tentang kerja keras dan hidup berbagi. Bagaimana seekor semut ,ketika mendapatkan sebutir nasi,tidak disembunyikan untuk dimakan sendiri,melainkan dengan susah payah membawa sebutir nasi tadi ke sarangnya ,agar yang lain juga dapat menikmati makanan tersebut.

Atau kita bisa belajar dari sepasang burung pipit .Ketika sarang mereka diporak porandakan oleh badai ,mereka tidak menghabisi waktu dengan meratapi nasib ,melainkan bekerja sama untuk membangun kembali sarang mereka yang sudah hancur. 

Dari sepasang burung pipit,yang hanya bernilai 10 ribu rupiah di pasar,ternyata dapat dipetik pelajaran ilmu kehidupan yang tak ternilai,yakni  meratapi nasib tidak akan mengubah apapun.Satu satunya cara adalah kerja keras untuk memperbaiki nasib.

Belajar Dari Sebuah Legenda

Selain dari semut dan burung pipit, ada begitu banyak legenda yang dapat dipetik hikmahnya,walaupun legenda tersebut bukan dari negeri kita.. Misalnya Legenda Tentang Gajah di Negeri Thailand.

Alkisah ,tempo dulu ,di Thailand.belum ada  gajah. Maharaja adalah seorang bijak,yang ingin meningkatkan kecerdasan rakyatnya.Agar tahu bagaimana sebenarnya bentuk gajah itu. Karena itu, Maharaja bertitah kepada penasihatnya ,agar memesan gajah dari negeri seberang. 

Setelah masa penantian yang berbulan bulan,suatu malam,tibalah binatang yang disebut gajah ini di Thailand. Para pawang gajah ini berpesan,agar jangan menyalakan api atau obor,karena dapat membuat gajah ini mengamuk.Untuk mengantisipasi agar gajah ini jangan sampai mengamuk,maka gajah ini  dikandangkan.

Maharaja mengeluarkan maklumat,bahwa  besok,ketika matahari terbit,semua rakyat harus  hadir untuk melihat sang gajah. Sementara itu para menteri diijinkan untuk melihat gajah tersebut.dalam kegelapan. Karena Maharaja menilai,para menteri adalah sosok yang bijak dan mampu melihat dalam kegelapan.

  • Menteri pertama berhasil memegang kaki gajah dan berpikir:" Ternyata gajah itu seperti balok "
  • Menteri kedua berhasil memegang gading gajah dan menggerutu " Ach,ternyata gajah itu keras dan runcing"
  • Menteri ketiga,berhasil memegang ekor gajah dan mengumpat dalam hati "Ach ternyata gajah cuma segini"
  • Menteri keempat  berhasil memegang perut  gajah. "Luar biasa,ternyata  gajah itu seperti balon raksasa."

Setelah puas"melihat " gajah tersebut,para menteri pulang ke rumah masing masing. Tengah malam itu juga mengadakan :"Konferensi Pers  " Dan menceritakan ,bagaimana bentuk gajah tersebut,sesuai keyakinan ,yakni bahwa ternyata gajah tersebut adalah :

  • runcing dan keras
  • seperti balok
  • seperti balon
  • halus dan lunak

Dalam waktu singkat,berita ini menjadi viral . Dan celakanya, keyakinan dan kebenaran yang disampaikan kepada warga setempat,berbeda antara menteri yang satu dan lainnya . 

Akibat dari saling beradu keyakinan,maka rakyat yang selama ini hidup rukun dan damai,malam itu terlibat tawuran besar besaran. Masing masing pengikut menteri,siap mati demi kebenaran yang mereka yakini.sesuai dengan apa yang diceritakan oleh menteri mereka.

Akibat mempertahankan: "Kebenaran " yang disampaikan Pejabat di daerah mereka, melawan: " Kejujuran " yang diceritakan oleh Pejabat di daerah lainnya,maka tawuran antara penduduk tidak dapat dielakkan lagi, 

Malam itu menjadi malam yang paling mengerikan bagi negeri yang tadinya aman tentram dan damai,karena masing masing rela mati , demi sepotong "kebenaran"yang mereka yakini.Berita ini sampai ke telinga Maharaja yang menjadi sangat murka

Ketika Matahari Terbit 

Ketika matahari terbit,maka Baginda raja memerintahkan agar,seluruh rakyatnya datang untuk  menyaksikan, bagaimana sesungguhnya wujud dari binatang yang disebut :"gajah". Dan begitu gajah di keluarkan dari kandang,semua para menteri dan rakyat terdiam. 

Mereka sangat malu,karena meyakini kebenaran yang sepotong sepotong. Sejak saat itu Maharaja memerintahkan,agar gajah dikembang biakkan di Thailand,sebagai peringatan bagi rakyatnya,agar tidak lagi saling bermusuhan,hanya karena mempertahankan kebenaran yang sepotong sepotong.

Semoga dapat dipetik manfaatnya, agar jangan pernah memaksakan keyakinan kita pada siapapun. Karena keyakinan yang dianggap kebenaran, sesungguhnya hanyalah sepenggal kebenaran, Kebenaran sejati, hanya ada pada Tuhan!

sumber bacaan : The Legend of Thailand"

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun