Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tumbang dari Panggung Kehormatan Sangat Menyakitkan

19 November 2019   02:55 Diperbarui: 19 November 2019   03:04 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: Dialog interaktif di tvri samarinda/dokumentasi pribadi

Mengapa Bisa Terjadi?

Setiap kali terjadi badai, maka kita dapat menyaksikan bahwa bukan hanya ranting dan dahan pohon saja yang patah, bahkan tidak sedikit pohon yang tampaknya kokoh dan selama ini diketahui sebagai tempat bernaung orang banyak dikala panas mendera ikut tumbang. 

Setelah di tengok dari dekat, baru ketahuan,bahwa ternyata pohon yang tadinya tampak berdiri kokoh di dalamnya ternyata keropos. Kejadian alam ini, bila dijadikan kilas balik dalam kehidupan kita ,karena kejadian ini juga terjadi secara nyata. 

Orang orang yang awalnya tampak sukses, bahkan dijadikan panutan ratusan ribu orang,ternyata bisa bertumbangan. Tentu tak elok bila kita menyebut nama, walaupun sebatas inisial, karena hampir semua orang sudah tahu,karena tumbangnya Sang Motivator, sempat menjadi viral di berbagai media massa.

Menertawakan kejatuhan orang lain, adalah sebuah penistaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Namun orang perlu tahu, untuk menjadi pelajaran hidup, mengapa bisa terjadi sosok yang begitu populer dan sempat dikultuskan orang banyak pada akhirnya bisa bertumbangan dari panggung kehormatan Agar apa yang menimpa diri orang lain, jangan sampai terjadi pada diri kita.

ket.foto: dialog interaktif di tvri medan-kiriman venusgaser medan
ket.foto: dialog interaktif di tvri medan-kiriman venusgaser medan
Kata Kata: "Keramat" yang Dibuang 

Bagi yang sudah pernah menyaksikan, betapa kata kata mutiara ,yang selama bertahun tahun mendapatkan tempat terhormat di setiap sudut sebuah kantor megah, diturunkan dan dibuang kedalam tong sampah, serta berbaur dengan segala macam kotoran,tentu membuat kita terpana. 

Bukan karena merasa bersimpati apalagi berempati kepada sosok Motivator yang bertumbangan,melainkan menyentak diri kita untuk dijadikan pelajaran hidup yang amat berharga.

Menjadi orang terkenal dan dihormati di mana mana, tentu saja sangat menyenangkan, termasuk diri saya pribadi sudah pernah merasakannya, Tampil sebagai pembicara di berbagai stasiun televisi dan berbagai seminar yang bertaraf nasional. 

Dihadiri Gubernur dan menteri serta kalangan akademis dan menjadi pusat perhatian. Bayangkan, begitu masuk ruangan, sudah berebutan orang ingin menyalami. Saat saat seperti inilah yang seringkali membuat orang mabuk kepayang dan lupa diri. Seakan dunia sudah menjadi miliknya.

ket.foto: dokpri
ket.foto: dokpri
Penyebab Motivator Bertumbangan

Sebuah kejatuhan dari panggung terhormat dan terhempas di lantai sudah merupakan hukuman yang cukup berat bagi yang bersangkutan. Karena itu, tak elok bila kita ikut pula menambah hukuman dengan menceritakan aib orang. 

Walaupun ada berbagai alasan tumbangnya Sang Motivator. tapi intinya adalah: "kata tidak sama dengan perbuatan". Karena itu sangat penting, kita selalu mawas diri dalam menjalani masa masa keemasan dalam perjalanan hidup ini. Baik dalam karir, maupun dalam bidang bidang lainnya. 

Menyadari bahwa tepuk tangan dan  di elu-elukan orang banyak hanya bersifat sementara dan jangan sampai memabukkan diri kita, sehingga lupa mengaplikasikan apa yang kita ajarkan kepada orang lain, dalam kehidupan pribadi kita.

Kata Kuncinya Adalah :"Berbicaralah Dari Hati" Speak from your heart. Berbicaralah dengan hati. Pikiran kita sangat cerdik dan mampu mengubah pecahan kaca, sehingga tampak seakan akan potongan intan. 

Pikiran kita akan mengolah sebaik baiknya, agar apa yang ditampilkan tampak memesona. Jangan sampai terjadi,lain yang diucapkan, lain pula yang ada didalam hati kita dan bertolak belakang dengan apa yang dilakukan.

Belajar dari  pengalaman diri sendiri tentu saja merupakan hal yang sangat baik, karena pengalaman adalah guru terbaik. Tetapi di samping itu kita juga perlu belajar dari kegagalan orang lain untuk menjadikan kita semakin arif dalam memaknai hidup ini.

Menjadi orang terkenal dan populer tentu  saja tidak ada salahnya,tapi menjadi perlu disertai dengan kejujuran agar jangan sampai tumbang dari panggung kehormatan. Bila tiba waktu untuk turun, maka kita dapat turun sendiri tanpa harus diturunkan secara paksa.

Semoga dari tulisan kecil ini, diharapkan akan ada manfaat yang dapat dipetik. Setidaknya menjadi masukan yang bermanfaat bagi orang banyak.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun