Dan Hidup Tak Ubahnya Bagaikan Benang Kusut
Hampir setiap orang ,mungkin pernah mengalami saat saat dimana kondisi hidupnya bagaikan benang kusut. Sudah berusaha untuk menguraikan dari berbagai sisi,tetap saja yang kusut tidak dapat diselesaikan.Semua usaha bagaikan membentur dinding tembok, yang tidak bisa ditembus. Akhirnya terbelenggu oleh kemurungan dan semakin lama,hidupnya  akan semakin terpuruk lagi. Karena sementara masalah hidup yang bagaikan benang kusut belum dapat dicari solusinya,untuk dapat bertahan hidup,membutuhkan biaya. Terus apa yang harus dilakukan,seandainya menghadapi situasi semacam ini?
Mungkin Analogi Sederhana Ini Dapat Membantu
Suatu waktu, ketika saya dan istri turun dari kendaraan di tepi Swan River, yang lokasinya di pinggir kota Perth  dan menurunkan  kelengkapan memancing, ternyata salah satunya tidak dapat digunakan karena benang nilonnya kusut. Dikarenakan rol penggulung terlepas dari posisinya. Akibatnya, istri saya harus berusaha untuk membukanya. Ternyata tidak mudah. Hampir 2 jam menghabiskan waktu untuk menguraikan nilon yang kusut, tetap saja tidak dapat terurai dengan baik.
Akhirnya, kami memutuskan, jalan terbaik adalah menggunting, benang nilon yang kusut tersebut. Kalau kami terus berkutat untuk menguraikan yang kusut, kemungkinan tujuan kami memancing tidak akan terpenuhi, karena hari sudah semakin gelap. digunting  Memang ada sebagian tali nilon yang terbuang, namun kami sudah bisa menggunakan sisanya untuk memancing.
Seandainya sejak awal kami mengambil keputusan untuk menggunting  benang yang kusut, maka kami tidak harus membuang waktu secara sia sia selama hampir dua jam.
Kilas Balik Dalam Kehidupan
Kalau analogi sederhana ini, dijadikan kilas balik  dalam kehidupan, maka kemungkinan selama ini, kita sudah membuang waktu selama bertahun tahun, hanya untuk berusaha membuka "benang kusut kehidupan" yang membuat kita stress dan depresi, karena walaupun sudah menghabiskan energi dan waktu, untuk menguraikannya, hasilnya tetap sia-sia. Maka kiat "menggunting benang kusut" seperti analogi di atas mungkin dapat diterapkan untuk mengawali babak baru dalam kehidupan, ketimbang terus semakin hari, semakin terpuruk oleh belenggu diri .
The Diamond Only Can Cut By the Diamond
Mungkin pernah mendengarkan  pribahasa ini yakni, "The diamond only can cut by the diamond".
Karena belenggu hidup diciptakan oleh cara berpikir yang salah arah, maka satu satunya yang bias meretas belenggu hidup ini adalah pikiran kita sendiri. Orang lain hanya dapat mengingatkan, membangunkan kita dari mimpi mimpi buruk. Tapi hanya diri kitalah yang mampu memutus belenggu diri, yakni berani untuk melangkah memutus "benang kusut kehidupan", walaupun jelas akan ada hal yang dikorbankan.
Ditulis Berdasarkan Secuil Pengalaman HidupÂ
Hal ini saya alami, ketika pertama kali mencoba melakukan bisnis antar kota  Padang dan Medan, tapi karena terlalu over confidence, padahal sama sekali belum berpengalaman, maka dalam waktu kurang dari satu tahun, seluruh modal ludes akibat terus merugi. Masih ditambah lagi dengan utang pada tante kami yang memberikan tumpangan tempat tinggal di Medan, tidak mampu saya lunaskan. Sementara piutang di berbagai tempat di Padang, belum ditagih sehingga kalau mau menagih saya harus balik lagi ke Padang. Sedangkan jumlahnya tidak seberapa. Kami tidak ingin membebani tante kami, yang sudah mengizinkan kami tinggal secara gratis dan kini harus menanggung biaya hidup kami berdua Kami harus berani mengambil keputusan.Â
Tanpa diminta, isteri saya melepaskan semua perhiasan yang ada padanya, kecuali cincin kawin untuk dijual. Pada awalnya, saya tidak tega, tapi karena tinggal numpang dirumah tante dengan hutang yang menumpuk, maka dengan berat hati, seluruh perhiasan istri saya dijual. Walaupun seluruh perhiasan istri sudah habis dijual, dan hasilnya tidak cukup untuk melunasi hutang kami pada tante. Tapi setidaknya kami sudah lega, karena sudah menunjukan itikad baik kami. Kami pamitan dari tante dan pindah ke pemondokan buru di pabrik karet di pinggiran kota Medan.
Walaupun jelas tinggal di pemondokan buruh yang hanya seluas 2 x 4 meter, tanpa perabot apapun, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tinggal di rumah tante kami, tapi hati kami lega, karena sudah menggunting benang kusut kehidupan kami dan bisa mengawali lagi dari nol besar. Setidaknya dengan jalan ini, kami tidak lagi membebani tante kami dan  bebas dari pikiran yang membelenggu diri kami.
Semoga tulisan kecil ini, ada manfaatnya, khususnya bagi yang sedang menghadapi benang kusut kehidupan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H