Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Masalah Cadar Jadi Viral, Kami Pakai Itu di Tanah Suci Aborigin

3 November 2019   18:27 Diperbarui: 3 November 2019   18:49 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami Beli Dengan Harga 100 Ribu Rupiah Perlembar

Pengalaman pertama selama hidup menggunakan cadar ,adalah ketika kami selama 4 hari berada di Ayers Rock,mengelilingi Tanah Suci orang Aborigin di Ayers Rock, Northern Territory -Australia. Pada salah satu papan peringatan dituliskan sebagai berikut:

Uluru is more than just a rock, it is a living cultural landscape that of which is considered sacred to the Yankunytjatjara and Pitjantjatjara people. (Uluru bukan hanya sekedar batu tapi telah menjadi budaya bagi penduduk asli orang Aborigin, bahwa tanah ini merupakan tanah suci bagi kaum mereka)  

Karena itu, para pengunjung ,diminta menghargai  tanah suci ini,dengan menjaga ketertiban dan jangan memotret ditempat tempat yang terlarang

ket.foto: larangan mengambil foto dan video.di beberapa lokasi The Holy land of Aboriginal /dokumentasi pribadi
ket.foto: larangan mengambil foto dan video.di beberapa lokasi The Holy land of Aboriginal /dokumentasi pribadi

Karena pada musim semi, ribuan ekor lalat bukan hanya berterbangan,tapi juga hinggap di pakaian dan bahkan di kepala dan wajah kita. Dapat dibayangkan,ketika kita sedang berbicara dan mulut sedang terbuka, lalat sialan ini masuk kedalam mulut kita. 

Sudah mencoba mengoles kepala,tengkuk dan leher dengan minyak Kayu Putih, tetapi lalat disini sama sekali tidak takut bau minyak Kayu Putih. Bahkan Krim khusus untuk menghalau lalat yang dibeli 10 dolar,juga tidak mempan. 

Pada awalnya,ada pemandangan aneh,bahwa laki laki perempuan ,mengenakan cadar. Kini baru tahu,ternyata untuk mencegah agar pasir yang berterbangan ditiup angin kencang dan sekaligus menjaga agar  lalat tidak  hinggap di wajah dan masuk kedalam mulut. Syukurlah Putri kami sudah membeli cadar dengan harga 12 dolar atau senilai 12o ribu rupiah ,persatu lembar. 

Akhirnya dengan terpaksa kami menggunakan cadar ini. Agar cadar ini tidak beterbangan ditiup angin yang bertiup sangat kencang,maka kami menggunakan topi ,yang selain dari melindungi kepala dari teriknya sinar matahari,sekaligus sebagai penahan,agar cadar kami tidak diterbangkan angin .

Ket.foto: harga cadar 12 dolar atau sekitar 120 ribu rupiah persatu lembar,tidak termasuk harga topi/dokumentasi pribadi
Ket.foto: harga cadar 12 dolar atau sekitar 120 ribu rupiah persatu lembar,tidak termasuk harga topi/dokumentasi pribadi
Cadar Made in China

Ketika akan mengenakan cadar ini,saya tengok ada label :"made in China " melekat pada cadar ini.Dengan mengenakan cadar ini,maka kami dapat berjalan kaki selama berjam-jam tanpa merasa terusik dengan pasir yang berterbangan dan juga dari gangguan lalat yang mendengung bagaikan suara lebah,saking banyaknya. 

Saya menengok di punggung baju istri saya ada puluhan lalat menempel. Ternyata ,saya tidak sadar,bahwa menurut istri  saya ,di punggung saya ,juga penuh dengan lalat. 

Ketika mau berfoto untuk sesaat saya lepaskan penutup wajah agar wajah bisa kelihatan.Tapi ternyata dalam waktu hanya beberapa detik,wajah saya dipenuhi dengan lalat ,bahkan ada yang masuk kedalam lubang hidung.Maka buru buru saya pakai lagi cadar ,untuk menghindari lalat bandel tersebut.

Karena harganya lumayan mahal,maka cadar ini kami bawa pulang.Siapa tahu,kelak mau kemana mana,yang banyak lalatnya,maka bisa digunakan lagi,tanpa harus beli yang baru.

ket.foto: cadar made in China,seharga 12 dollar /dokumentasi pribadi
ket.foto: cadar made in China,seharga 12 dollar /dokumentasi pribadi
Catatan Tambahan: 

Tulisan ini,tidak ada kaitannya dengan agama. hanya menceritakan bahwa inilah pertama kalinya,saya dan istri mengenakan cadar. Tidak ada yang menyuruh dan tidak ada keharusan pakai cadar di Holy Land Aboriginal ini,tapi demi untuk kenyamanan diri sendiri, kami pakai cadar.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun