Merasa Tanah Suci mereka dinodai oleh para pelancong,maka timbullah niat dari sebagian Pemangku Adat setempat ,untuk menutup Uluru ini,secara permanen bagi para pendaki. Sejak tahun 2017,pro dan kontra terjadi dan kemudian diputuskan bahwa sejak 26 Oktober ,2019 Ayers Rock,dinyatakan ditutup bagi para pendaki,secara permanen
Berduyun Duyun Memanfaatkan Saat Terakhir Sebelum Ditutup
Karena itu,dapat dipahami ,bahwa menjelang hari hari H penutupan,para turis dari berbagai negara,sengaja datang dari jauh,untuk memanfaatkan peluang emas ,sebelum dinyatakan ditutup secara permanen. .Tampak paling mencolok adalah turis yang datang dari Jepang dan China. sementara menurut Pemandu Wisata,selama minggu minggu terakhir ini, dirinya belum pernah bertemu dengan orang asal Indonesia. Hal ini,disampaikan juga oleh Penerima tamu di hotel.bahwa kemungkinan ,hanya kami yang datang disaat kesempatan terakhir jelang Uluru ditutup.
Selama berada di lokasi,seluruh Ponsel tidak dapat difungsikan,karena sama sekali tidak ada signal. Sehingga,kalau berjalan bersama rombongan atau keluarga,bila terpisah,maka mungkin ketemunya di hotel .Karena selama empat jam berjalan kaki,mengelilingi Ayers Rock ini,sama sekali tidak ada signal .Dan tidak kurang pentingnya, disini juga tidak ada toilet
Dalam kondisi emergency, ada tersedia Kelengkapan Radio,untuk memanggil ambulance dan dokter.Menurut Pemandu wisata, ketika ada turis asal Jepang,yang jatuh pingsan,karena tidak tahan cuaca panas,sempat mendapatkan pertolongan ,lewat radio,tapi sayang tidak tertolong lagi dan tewas di rumah sakit
Sambil duduk menunggu jemputan dari Bis Wisata,mata saya tertuju pada tarif kamar hotel ,dimana kami menginap selama 4 malam,yakni permalamnya adalah 420 dolar atau sekitar 4 juta rupiah . Saya baru tahu,mengapa ketika saya tanyakan berapa tarif hotel permalam,putri kami hanya menjawab:"Semua sudah saya atur ,pokoknya papa mama tidak usah mikir "