Lebih Baik Jangan Menolong,Kalau Tidak Ikhlas
Menolong dengan ikhlas ? Kalau sudah menolong ,ya tugas kita sudah selesai. Tapi kalau masih ada embel embel lain yang menyertai,apapun bentuknya, maka pertolongan yang telah kita berikan,sudah tidak lagi murni.Â
Tidak jarang terjadi,orang yang sudah membantu orang lain,terus merasa berhak mengontrol hidup orang yang ditolong. Bahkan merasa berhak menegur dan memarahi. Misalnya ,memberikan orang sebungkus nasi.
Terus yang menerima,membagi pula nasi tersebut kepada orang lain yang sama sama membutuhkan .Karena merasa nasi tersebut ,kita yang memberikan,maka merasa berhak menegur :"Saya kasihkan nasi tersebut untuk anda,mengapa anda bagi kepada orang lain?"
Cara dan gaya yang tidak terpuji ini,bukan sebuah fiksi,tapi nyata terjadi sejak dulu dan berlangsung hingga di era milleneal ini. Karena merasa sudah menanam budi,terus berani menuntut agar orang yang sudah ditolong,berbuat seturut maunya kita.  Betapa menyedihkan tipe orang seperti ini Hal ini berpotensi  menyebabkan orang yang ditolong,merasa menyesal sudah menerima pertolongan,karena merasa dirinya sudah tergadaikan dengan menerima bantuan orang lain
Pernah Diselamatkan Orang Berkali Kali,Tapi Tidak Tahu Siapa Yang Telah Menyelamatkan Saya
Seperti yang sudah pernah ditulis,saya sudah berkali kali diselamatkan orang ,Pertama sewaktu tenggelam di laut ,diselamatkan oleh Nelayan. Tapi setelah saya siuman,saya tidak pernah tahu,siapa sesungguhnya yang telah menyelamatkan saya.Â
Pernah saya dibonceng dengan Vespa dan sewaktu berada di tikungan,seharusnya memperlambat laju kendaraan,justru ia salah memperbesar gas. Akibatnya,Vespa menabrak pohon kenari dan saya terpelanting tak sadar diri.
Baru sadar ,ketika sudah berada di Rumah Sakit Umum M.Jamil di Padang  . Menurut perawat,saya diselamatkan seorang anggota TNI ,namun tidak meninggalkan nama.Sehingga saya tidak pernah tahu,siapa yang sesungguhnya telah menyelamatkan hidup saya.
Pelajaran Hidup Tak Ternilai Bagi Saya
Pengalaman hidup ini,menjadikan saya sadar,apa arti kata :"membantu dengan ikhlas",yakni  tidak menunggu ucapan terima kasih dan sama sekali tidak merasa berhak untuk mengontrol hidup orang yang sudah ditolong.Kalaupun ada orang yang kami bantu,maka yang tahu hal ini,hanya saya dan istri,sedangkan anak anak kami tidak pernah kami ceritakan,bahwa kami sudah membantu siapa siapa. Karena sejak sedini mungkin,kami ingin  mendidik anak anak kami,kalau mau membantu orang ,jangan pakai syarat apapun.Kalau menolong dengan syarat,apapun bentuknya,maka apa yang diberikan sudah bukan lagi merupakan pertolongan,melainkan bisnis terselubung.
Salah satu sifat yang paling hina adalah menjadi orang yang munafik ,yakni hidup dalam kepura puraan.Lain di mulut,lain pula yang ada di hati
Tulisan ini,sama sekali tidak bermaksud menyindir siapapun,hanya semata mata membagikan pengalaman pribadi,bagaimana diselamatkan orang berkali kali,namun Sang Penolong,tidak pernah datang ,meminta balasan dalam bentuk apapun.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H