Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya", Sebuah Pelajaran Hidup

12 Oktober 2019   08:37 Diperbarui: 12 Oktober 2019   08:56 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Like Father Like Son Terkesan Diskriminatif 

"Like father, like son", seakan mengandung sikap diskriminatif, karena hanya  merujuk pada gender anak laki laki saja yang memiliki kesamaan perangai dengan ayahnya. Padahal, dalam kehidupan nyata tak sedikit anak perempuan  yang memiliki kesamaan dengan ayahnya. 

Dalam hal ini agaknya Frasa dalam bahasa Indonesia yang memiliki kesamaan makna adalah yang berbunyi: "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Arti peribahasa : Sifat anak tidak jauh berbeda dengan Ayah atau Ibunya. Hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripannya dengan orangtuanya.

Fakta Yang Terjadi

Ternyata peribahasa tersebut diatas memang terbukti, bukan hanya sebuah peribahasa kosong karena kita sudah menyaksikan sendiri dalam perjalanan hidup kita. Bahkan mungkin saja sudah mengalami dalam keluarga sendiri, bahwa memang benar tingkah laku anak-anak kita tidak akan berbeda jauh daripada perilaku dari perilaku kita sebagai orang tua mereka, yang selama ini menjadi contoh panutan bagi mereka.

Berita Terkini

Sudah terlalu banyak yang membahas tentang cuitan yang dalam sekejap mata menjadi viral, bahkan menjadi buah pembicaraan dari mulai tokoh tokoh masyarakat, anak sekolahan, hingga menjadi buah bibir emak emak dalam pertemuan di PKK.  

Putrinya yang berbuat tapi tak pelak lagi dikaitkan dengan perilaku ayahnya. Yang intinya merupakan penegasan bahwa bukan hanya :"Like Father like son, tapi juga :"like father like daughter ". Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa setiap tindakan baik berupa perilaku maupun tutur kata tulisan dan komentar yang terlanjur keluar tidak hanya membawa nama pribadi, tapi merembet kepada orangtua kita.

Seribu Kata Maaf tak Akan Mampu Menghapus Satu Noda

Hidup merupakan proses pembelajaran diri tanpa akhir. Sayang sekali banyak orang yang mengabaikannya. Setelah kesalahan terjadi baru buru-buru minta maaf. Tapi sayang sekali, seribu kata maaf tak akan mampu menghapus satu noda yang sudah terlanjur jadi viral. Hidup ini adalah University of life, dimana kita semua dapat belajar menjadi manusia  yang semakin arif memaknai hidup. 

Belajar di sekolah akan menghadirkan ilmu pengetahuan, tapi tak kalah pentingnya adalah belajar dari Universitas Kehidupan agar dapat menjadikan kita manusia yang arif dan bijak dalam bersikap dan bertutur kata maupun dalam menulis.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun