Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Tidak Mandiri? Kesalahan Ada pada Orangtua

11 Oktober 2019   06:44 Diperbarui: 11 Oktober 2019   07:01 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : shutterstock

Memanjakan Secara Berlebihan

Setiap orang yang waras, tentu saja sangat menyayangi anak-anak mereka tanpa membedakan kaya ataupun miskin. Salah satu cara yang dikedepankan untuk menunjukan rasa sayang adalah memanjakan anak anak dengan cara dan gaya tersendiri. Bagi yang hidupnya pas pasan, mungkin cara memanjakan anak adalah dengan bermain bersama anak anak atau membawa mereka jalan-jalan ke taman umum.

Sedangkan bagi keluarga yang memiliki kehidupan yang mapan, memanjakan anak-anak mereka dengan membelikan mainan elektronik yang mahal dan membawa anak-anak jalan ke tempat wisata terkenal. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang  wajar. Karena kalau bukan orang tua yang memanjakan anak anak mereka siapa lagi? 

Kebablasan

Sayangnya tidak sedikit yang begitu menyayangi anak-anak mereka hingga kebablasan, Bayangkan anak sudah duduk dibangku sekolah SD. Mau pakai sepatu sendiri harus tunggu Pembantu yang mengerjakan. Dengan gaya ngeboss duduk di kursi dan kakinya diangkat. 

Pembantu yang dengan sabar berjongkok di hadapan anak mengenakan kaus kaki dan sepatunya. Bahkan ketika mau naik mobil tas sekolahnya juga harus menunggu diangkat oleh si Mbak. Herannya orangtua menganggap hal ini adalah hal yang wajar wajar saja. Mungkin karena merasa untuk itulah si mbak digaji. 

Manja Ketika Usia Kanak-Kanak, Menderita Ketika Dewasa 

Bagi anak anak yang orang tuanya hidup berkecukupan,maka masa kanak-kanak adalah masa yang paling indah. Mau mandi semua kelengkapan untuk mandi sudah disiapkan oleh pembantu. Mau sarapan tinggal duduk, karena  di meja makan sudah tersedia semuanya. Selesai makan piring dan gelas ditinggal tergeletak di meja, Karena ada mbak yang akan membereskan. 

Tidak ada beban hidup yang harus dipikirin, apalagi ikut memikul beban. Yang ada dalam pikiran mereka adalah bangun, makan, sekolah, bermain dan tidur.

Pokoknya semuanya sudah tersedia, hanya tinggal menikmati saja. Ke sekolah diantarkan dan pulang sekolah dijemput. Alangkah nikmatnya bisa dapat merasakan hidup seperti itu.

Ketika tiba saatnya harus hidup mandiri maka anak anak yang dimanja secara kebablasan menjadi sosok yang gamang, karena tiba-tiba harus melakukan semuanya sendiri. Menyebabkan ia akan bertingkah laku serba canggung dan terasa aneh diantara teman teman sebaya.

Ijazah sarjana yang ada di tangan, tak lebih berharga dari hanya selembar kertas karena tidak disertai dengan kepribadian yang mantap. Mereka baru sadar bahwa tidak semua hal dapat diselesaikan dengan uang. Maka sosok seperti ini akan menambah angka sarjana pengangguran.

Mencegah Sedini Mungkin

Segala sesuatu yang bersifat berlebihan selalu akan ada dampak negatifnya. Maksud baik, harus disertai dengan pertimbangan akal budi. Bahwa memanjakan anak anak secara kebablasan, akan menjerumuskan mereka menjadi manusia yang gamang menghadapi hidup.

Alangkah bijaknya, bila  sebagai orang tua atau calon orang tua sejak sedini mungkin mempersiapkan mental anak anak kita agar kelak mampu mengatasi kerasnya kehidupan.

Cucu cucu kami, sejak di SMA sudah  kerja paruh waktu.Begitu juga ketika mereka masih kuliah. Bukan alasan, bahwa kesibukan kuliah menyebabkan mereka tidak punya waktu untuk kerja paruh waktu, Buktinya cucu kami Dea Karina Putri sejak SMA kerja paruh waktu dan sewaktu masih kuliah juga kerja.

Beberapa bulan lalu dalam usia 23 tahun lulus Master of degree dan langsung dapat pekerjaan. Begitu juga cucu kami Alex yang dapat bea siswa melanjutkan studi di Jepang, juga kerja paruh waktu di restoran tapi bisa lulus dengan angka yang baik.

Catatan: Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud merecoki cara orang mengurus rumah tangga, melainkan sekedar mengingatkan agar jangan sampai penyesalan terlambat tiba.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun