Ket.foto: Pasar Malam ala Australia,di Burns Beach. WA ,/dokumentasi tjiptadinata effendi
Beda Negeri ,Beda Rasa
Bagi yang pernah berkunjung ke Pasar Malam tempo dulu,mungkin masih dapat membayangkan,dimana orang penuh sesak,di pintu gerbang masuk. Kemudian di dalam lokasi terdapat berbagai atraksi. Dari mulai segala macam restoran yang menawarkan aneka ragam kuliner,ada mainan :"Buaian Keling " .Mengapa dinamakan :"Buaian Keling?" Karena awalnya permainan anak anak ini di prakarsai oleh saudara saudara kita ,keturunan India. Dan karena di kota Padang, terdapat Kampung Keling,maka semua orang yang berasal dari keturunan India,disebut sebagai :"Orang Keling" ,tanpa sama sekali bermaksud melecehkan. Senada dengan nama Kampung Cina,yang kemudian dihalus haluskan,menjadi Kampung Tionghoa.Tapi tetap saja lebih dikenal dengan nama Kampung Cina.disamping adanya Kampung Jawa dan Kampung Nias.Â
dokumentasi pribadi
Setiap diadakan Pasar Malam,pasti  masyarakat akan berduyun duyun datang berkunjung. Bahkan tidak hanya warga yang tinggal di Padang,tapi juga berdatangan dari berbagai kota,seperti dari Padang Panjang,Bukittinggi, Payahkumbuh dan Pariaman ,serta sekitarnya. Hal yang dianggap sudah lazim terjadi di Pasar Malam,adalah banyak orang yang kecopetan dan sampah yang berserakan dimana mana.Walaupun demikian,kehadiran Pasar Malam,pada masa itu sungguh sangat didambakan warga Padang
Kembali ke Judul Tulisan
Senja ini,di sepanjang jalan di daerah Burns Beach,dimana kami tinggal,dipenuhi dengan kendaraan yang parkir. Ada beberapa orang Petugas yang mengatur dan semuanya tidak dipungut bayaran. Semua menuju ke Pasar Malam,yang diselenggarakan di tepi pantai. Karena lokasinya ,hanya berjarak sekitar 200 meteran berjalan kaki dari kediaman,maka kami  sambil melenggang berjalan santai menuju ke lokasi Pasar Malam. Ternyata,walaupun masih sore,sebagian tempat sudah dipenuhi oleh para pengunjung.sementara yang berdatangan ,tampak berbondong bondong.
Ada juga anak anak yang asyik memanfaatkan fasilitas mainan yang disediakan oleh pemerintah setempat, sebagai sarana bermain untuk publik. Bagi yang mau berhemat datang dengan membawa makanan dan minuman dari rumah mereka dan sama sekali tidak ada larangan.
Bagi yang mau minum gratis dapat memanfaatkan kran air yang tersedia disana karena merupakan bagian dari sarana ruang publik dan layak dikonsumsi.
Usai menikmati makan dan minum, tampak warga mengumpulkan sampah bekas kardus dan kaleng minuman dan membuang ke tempat sampah, sesuai peruntukan.Â
Ada musik yang lembut diperdengarkan, sehingga semakin menyemarakan keadaan, tapi sama sekali tidak mengganggu bila kita lagi berbicara . Tidak ada musik hiruk pikuk dan tidak ada yang berteriak teriak menjajakan barang dagangan dengan menggunakan microphone.
Mungkin inilah yang dinamakan lain padang lain belalang. Beda negeri, beda cita rasa pasar malamnya.
Tidak ada pintu gerbang dan tidak ada penjualan tiket masuk. Lokasi boleh didatangi oleh siapapun dan kapan mau pulang juga tidak ada masalah. Walaupun, selama ini belum pernah mendengarkan ada yang kena copet ataupun berantem di keramaian semacam ini. Tapi di sudut sudut taman, tampak sekuriti duduk santai sambil berjaga jaga.
Walaupun yang hadir sesungguhnya sama sekali tidak saling kenal. tapi semuanya tampak begitu cepat akrab dan saling menyapa dengan "tetangga" dadakan yang sama sama duduk lesehan di rumputan.
Dan kalau berpapasan,mereka selalu tersenyum,sambil mengucapkan sapaan ringan. Karena itu,walaupun kemungkinan besar, di antara sekian banyak pengunjung, hanya kami berdua yang berasal dari Indonesia, tapi kami sama sekali tidak merasa risih ataupun rasa terasing karena diterima tanpa sekat.
Pada umumnya, orang Indonesia memilih tinggal di pusat kota, sedangkan kami tinggal di Burns Beach adalah lokasi wisata yang berada di desa ala Australia.Â
Senang rasanya dapat menyaksikan begitu banyak orang saling berbaur dalam keramaian tapi begitu damai bersih dan teratur. Sehingga, kami berdua sama sekali tidak gamang berada ditengah tengah keberagaman suku bangsa yang berkunjung ke Pasar Malam ala Australia ini.
Semoga kelak di negeri kita juga bisa juga seperti ini, yakni aman, damai, dan bersih.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H