Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Malam Dengan Cita Rasa Piknik

9 Oktober 2019   18:23 Diperbarui: 9 Oktober 2019   18:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ket.foto: Pasar Malam ala Australia,di Burns Beach. WA ,/dokumentasi tjiptadinata effendi

Beda Negeri ,Beda Rasa

Bagi yang pernah berkunjung ke Pasar Malam tempo dulu,mungkin masih dapat membayangkan,dimana orang penuh sesak,di pintu gerbang masuk. Kemudian di dalam lokasi terdapat berbagai atraksi. Dari mulai segala macam restoran yang menawarkan aneka ragam kuliner,ada mainan :"Buaian Keling " .Mengapa dinamakan :"Buaian Keling?" Karena awalnya permainan anak anak ini di prakarsai oleh saudara saudara kita ,keturunan India. Dan karena di kota Padang, terdapat Kampung Keling,maka semua orang yang berasal dari keturunan India,disebut sebagai :"Orang Keling" ,tanpa sama sekali bermaksud melecehkan. Senada dengan nama Kampung Cina,yang kemudian dihalus haluskan,menjadi Kampung Tionghoa.Tapi tetap saja lebih dikenal dengan nama Kampung Cina.disamping adanya Kampung Jawa dan Kampung Nias. 

pasar-malam-b-5d9dc1ca0d823079832be542.jpg
pasar-malam-b-5d9dc1ca0d823079832be542.jpg

dokumentasi pribadi

Setiap diadakan Pasar Malam,pasti  masyarakat akan berduyun duyun datang berkunjung. Bahkan tidak hanya warga yang tinggal di Padang,tapi juga berdatangan dari berbagai kota,seperti dari Padang Panjang,Bukittinggi, Payahkumbuh dan Pariaman ,serta sekitarnya. Hal yang dianggap sudah lazim terjadi di Pasar Malam,adalah banyak orang yang kecopetan dan sampah yang berserakan dimana mana.Walaupun demikian,kehadiran Pasar Malam,pada masa itu sungguh sangat didambakan warga Padang

pasar-malam-4-5d9dc15e097f36402f7f5932.jpg
pasar-malam-4-5d9dc15e097f36402f7f5932.jpg
dok.pribadi

Kembali ke Judul Tulisan

Senja ini,di sepanjang jalan di daerah Burns Beach,dimana kami tinggal,dipenuhi dengan kendaraan yang parkir. Ada beberapa orang Petugas yang mengatur dan semuanya tidak dipungut bayaran. Semua menuju ke Pasar Malam,yang diselenggarakan di tepi pantai. Karena lokasinya ,hanya berjarak sekitar 200 meteran berjalan kaki dari kediaman,maka kami  sambil melenggang berjalan santai menuju ke lokasi Pasar Malam. Ternyata,walaupun masih sore,sebagian tempat sudah dipenuhi oleh para pengunjung.sementara yang berdatangan ,tampak berbondong bondong.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ada puluhan kendaraan yang merangkap sebagai Cafe dan restoran menawarkan aneka ragam masakan dari berbagai negara. Ada keluarga yang menggelar tikar dan duduk lesehan di rumputan,sambil menikmati aneka ragam makanan dan minuman.

Ada juga anak anak yang asyik memanfaatkan fasilitas mainan yang disediakan oleh pemerintah setempat, sebagai sarana bermain untuk publik. Bagi yang mau berhemat datang dengan membawa makanan dan minuman dari rumah mereka dan sama sekali tidak ada larangan.

Bagi yang mau minum gratis dapat memanfaatkan kran air yang tersedia disana karena merupakan bagian dari sarana ruang publik dan layak dikonsumsi.

Usai menikmati makan dan minum, tampak warga mengumpulkan sampah bekas kardus dan kaleng minuman dan membuang ke tempat sampah, sesuai peruntukan. 

Ada musik yang lembut diperdengarkan, sehingga semakin menyemarakan keadaan, tapi sama sekali tidak mengganggu bila kita lagi berbicara . Tidak ada musik hiruk pikuk dan tidak ada yang berteriak teriak menjajakan barang dagangan dengan menggunakan microphone.

Mungkin inilah yang dinamakan lain padang lain belalang. Beda negeri, beda cita rasa pasar malamnya.

ket.foto: tempat sampah disediakan dan sekaligus ,disisihkan mana yang didaur ulang /dok.pribadi
ket.foto: tempat sampah disediakan dan sekaligus ,disisihkan mana yang didaur ulang /dok.pribadi
Bebas Datang dan Pergi

Tidak ada pintu gerbang dan tidak ada penjualan tiket masuk. Lokasi boleh didatangi oleh siapapun dan kapan mau pulang juga tidak ada masalah. Walaupun, selama ini belum pernah mendengarkan ada yang kena copet ataupun berantem di keramaian semacam ini. Tapi di sudut sudut taman, tampak sekuriti duduk santai sambil berjaga jaga.

Walaupun yang hadir sesungguhnya sama sekali tidak saling kenal. tapi semuanya tampak begitu cepat akrab dan saling menyapa dengan "tetangga" dadakan yang sama sama duduk lesehan di rumputan.

Dan kalau berpapasan,mereka selalu tersenyum,sambil mengucapkan sapaan ringan. Karena itu,walaupun kemungkinan besar, di antara sekian banyak pengunjung, hanya kami berdua yang berasal dari Indonesia, tapi kami sama sekali tidak merasa risih ataupun rasa terasing karena diterima tanpa sekat.

Pada umumnya, orang Indonesia memilih tinggal di pusat kota, sedangkan kami tinggal di Burns Beach adalah lokasi wisata yang berada di desa ala Australia. 

Senang rasanya dapat menyaksikan begitu banyak orang saling berbaur dalam keramaian tapi begitu damai bersih dan teratur. Sehingga, kami berdua sama sekali tidak gamang berada ditengah tengah keberagaman suku bangsa yang berkunjung ke Pasar Malam ala Australia ini.

Semoga kelak di negeri kita juga bisa juga seperti ini, yakni aman, damai, dan bersih.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun