Kesalahan Yang Pernah Saya Lakukan
Pada awal menulis di Kompasiana untuk pertama kali, saya masih terbius oleh gaya dan cita rasa menulis naskah buku yakni menulis dan menulis. Kemudian serahkan kepada penerbit dan tugas saya selesailah sudah.
Mau dibaca orang ataupun tidak, bukan urusan saya. Kalau buku laris manis saya bakalan banyak dapat royalti. Tapi kalau buku tidak laku, sehingga akhirnya dijual kiloan bukan urusan saya karena yang modalin adalah penerbit.
Sadar Diri
Tetapi selang beberapa lama saya sadar diri ketika membaca sebuah artikel, yang isinya menyatakan, "Kalau menulis untuk dibaca sendiri dan merasa tidak peduli ada yang baca atau tidak, mengapa tidak menulis di Catatan Harian Pribadi?"
Kompasiana bukanlah tempat menyimpan tulisan tulisan recehan kita. Melainkan sebuah blog di mana diharapkan terjadinya "sharing and connecting", yakni saling berinteraksi antara penulis dan pembaca.
Mendadak sontak, bagaikan disengat puluhan kalajengking saya baru sadar diri bahwa selama ini saya telah secara keliru menerapkan "tulis dan posting" selesai.
Sejak saat itu saya mulai berbenah diri, merespons setiap komentar yang diberikan dan mulai membaca tulisan para penulis lainnya dan menyempatkan memberikan tanggapan dan komentar, walaupun terkadang komentarnya itu ke itu juga, yakni "Selamat pagi dan salam hangat". Tapi setidaknya, saya sudah ikut berperan serta memenuhi visi dan misi dari Kompasiana yakni "sharing and connecting" (mujidiri.com.org)
Tulisan Ini  Bukan Menyindir Tapi Menyadarkan
Karena sudah pernah melakukan kesalahan, maka tentu saja saya tidak ingin orang lain juga melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah saya lakukan 7 tahun lalu sewaktu awal bergabung di Kompasiana.Â
Tulisan recehan ini, di posting sejujurnya dengan harapan khususnya bagi para Penulis yang masih menulis untuk diri sendiri sehingga sama sekali tidak pernah merespon skunjungan dari para pembaca, semoga sadar diri seperti  yang saya alami dulu. Yakni, bahwa Kompasiana bukanlah blog pribadi yang menyimpan semua tulisan kita, tapi sarana dan prasarana untuk sharing and connecting.
Ibarat ada yang berkunjung kerumah kita dan sudah berkali kali datang dan mengetuk pintu rumah, tapi tak sekali juga kita membuka pintu dan mengucapkan terima kasih atas kunjungannya. Kira-kira begitulah yang terjadi,bilamana kita menulis dan posting tapi kemudian sama sekali tidak pernah merespons tanggapan dan komentar dari para Pembaca.Â
Betapapun hebat dan piawainya diri kita dalam hal tulis menulis alangkah eloknya kita tetap membumi, dengan cara berinteraksi antar penulis dan pembaca.
Mohon maaf lahir batin, tulisan ini bukan bermaksud menyindir tapi menyadarkan.
Tjiptadinata Effendi