Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Waktunya, Sepotong Papan Lebih Berharga dari Sebongkah Emas

12 September 2019   20:34 Diperbarui: 12 September 2019   20:46 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi :dreamstime.com

Pelajaran Hidup

Saking berharganya emas dimata dunia,sudah tidak terhitung jumlahnya orang mati karena emas. Ada yang tewas,karena mempertahankan  perhiasan emasnya ,ketika ditodong.

Ada juga yang tewas ditembak Petugas,ketika hendak merampok di toko emas. Belum lagi kisah horor.tentang ratusan orang yang tertimbun runtuhan  di tambang emas liar.

Untuk mencari data data tersebut,tak perlu kita jauh jauh melacak pertambangan di negeri orang,karena sudah sangat sering terjadi di negeri kita sendiri,dimana satu keluarga tertimbun ,karena lubang yang digali untuk mencari emas, runtuh dan mereka semua terkurung di dalam .

Masih ingin cerita tentang betapa tingginya nilai dari sebatang emas,sehingga banyak pernikahan gagal ,gara gara  Pengantin Pria tidak mampu menyediakan mahar kawin dalam bentuk emas. 

Kisah  Lain Dari Emas

Sebuah kapal berbendera Portugis sedang berlayar ,dengan dikawal belasan serdadu bersenjata lengkap. Karena muatan kapal kali ini,bukan lagi rempah rempah,melainkan emas batangan.

Pada awalnya, semua berjalan lancar, hingga tiba di tengah samudra,tiba tiba terjadi badai ,yang menyebabkan gelombang laut melambung dan menghempaskan kapal yang sedang sarat muatan emas. Air mulai masuk kedalam kapal dan semakin lama semakin banyak. 

Walaupun awak kapal sudah sangat terlatih dan para serdadu sudah terbiasa menghadapi maut di medan pertempuran,tapi menghadapi keganasan alam kali ini ,membuat nyali mereka menciut. Kapten kapal tidak punya waktu untuk berpikir lebih lama,karena air semakin memenuhi kapal.

Dalam hitungan menit,bila dibiarkan,maka mereka semua akan mati tenggelam.  Maka ia memutuskan untuk memerintahkan awak kapal,membuang seluruh muatan kapal.Walaupun ia tahu resikonya adalah dirinya akan dijatuhi hukuman mati,karena tidak mampu melindungi harta kerajaan. 

Maka awak kapal mulai bergerak ,mengangkut emas batangan dan membuang ke laut.Tetapi ada yang secara sembunyi, mengikat emas batangan di tubuhnya dan kemudian mengenakan mantel ,sehingga tidak tampak dari luar.

Ulahnya ternyata di tiru oleh awak kapal yang lainnya. Masing masing mengikat bungkusan emas batangan di tubuh mereka dan hanya membuang sebagian saja dari muatan kapal tersebut. 

Akibatnya Kapal Karam

Karena yang dibuang hanya sebagian saja dari muatan kapal, sedangkan yang lain disembunyikan oleh awak kapal, maka dalam sekejap air sudah memenuhi seluruh ruangan dan kapal tenggelam.

Pada waktu kapal tenggelam ,pusaran air menyeret seluruh penumpang kedalam pusaran dan mereka tidak mampu menyelamatkan diri,karena di tubuh mereka ada batangan emas yang diikat. Ketika mereka sadar,semua sudah terlambat

Hanya satu orang saja yang selamat ,yakni Kapten kapal tersebut,karena satu satunya harapannya adalah menyelamatkan seluruh awak kapal,walaupun ia tahu resiko,akan dihukum mati, sehingga sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk menyembunyikan emas batangan di tubuhnya.

Ia berhasil meraih sebuah papan yang berasal dari kapal yang sudah karam. Ia mengikat tubuhnya dengan papan tersebut dan kemudian berhasil ditolong oleh kapal Patroli.

Menulis Buku :"The Secret of Life " 

Ketika berada di penjara,menunggu keputusan eksekusi mati,karena dinilai dirinya gagal dalam menjalankan tugas sebagai Kapten kapal,ia menulis catatan harian yang kemudian dibukukan dengan judul :"The Secret of Life" di mana ia menceritakan bahwa ada kalanya sepotong papan jauh lebih bernilai dibandingkan emas batangan.

Buku ini saya baca di perpustakaan di kota Perth. Menurut yang empunya cerita, :"ditulis berdasarkan True Story" .Nah,apakah kisah ini benar ataukah hanya fiktif,bagi kita tidak ada bedanya.

Yang perlu dipetik adalah hikmahnya,yakni  ,disaat saat tertentu,barang yang selama ini kita anggap tidak bernilai,malah dapat menjadi penyelamat kita Sebuah pelajaran hidup ,yang tak pernah diperoleh di universitas manapun dan hanya dapat didapat di University of Life 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun