Akan tetapi dalam perjalanan jauh ,kemungkinan dirinya ingat akan anak istri yang lagi sakit dirumah. misalnya, maka secara tanpa sadar perhatian ketika mengemudi tidak lagi fokus sepenuhnya.
Mungkin saja sebelum berangkat malamnya begadang nonton pertandingan sepak bola. Tapi karena tidak berani bolos, maka walaupun paginya bangun dengan kepala masih terasa pusing tetap memaksa diri untuk mengemudikan kendaraan.
Kemungkinan lain, adalah kehidupan seorang yang berprofesi sebagai Sopir kondisi keuangannya sedang mengalami masalah.
Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap cara mengemudikan kendaraan. Tidak lagi fokus, karena pikirannya terpaut dengan urusan rumah tangga.
Atau boleh jadi Sopir sedang tidak enak badan, maka sebelum berangkat minum obat terlebih dulu dan tidak sadar bahwa obat yang diminum menyebabkan datangnya rasa kantuk.
Kalau untuk urusan antar jemput ke Pasar atau kegiatan berkendara di dalam kota,tentu saja tidak menjadi masalah,tetapi khusus bila melakukan perjalanan jauh,alangkah eloknya,bila kemudi kita pegang sendiri.
Bukan Masalah Pelit
Sejak dulu, entah sudah berapa banyak kerabat dan teman menganjurkan agar saya menggaji Sopir. Tapi secara pribadi saya lebih yakin akan keselamatan keluarga dan penumpang lainnya bila saya yang  mengemudikan sendiri.
Bukan masalah tidak mau keluar uang membayar gaji Sopir. Keselamatan berlalu lintas tidak hanya bagi diri dan keluarga yang berada dalam kendaraan yang kita kemudikan, tapi juga menghindari jatuhnya korban bagi pengguna jalan raya lainnya.
Saya bersyukur sejak tahun 1973 memiliki SIM perdana hingga saat ini berkat lindungan Tuhan dan selalu hati-hati ketika mengemudi tidak pernah menyebabkan terjadinya kecelakaan . Termasuk ketika ban pecah di jalan tol dan rem blong ketika melalui jembatan.
Kita tidak mungkin mengatur orang lain tapi bisa mulai dengan diri sendiri, demi untuk ikut mengurangi jatuhnya korban lalin akibat "human error"